Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang periode Januari–Juli 2025, telah terdapat 22 emiten yang mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Angka itu baru memenuhi 33,33% target BEI pada 2025, sebanyak 66 perusahaan baru tercatat.
Berdasarkan data yang dihimpun, dari 22 saham yang tercatat di Otoritas Bursa pada tahun ini, sembilan di antaranya justru ambles. Tidak main-main, koreksi sejumlah saham di Bursa bahkan mencapai lebih dari 50% sejak pencatatan.
Penurunan harga paling dalam dialami oleh saham PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC). Emiten ini semula membanderol harga sahamnya di level Rp210 per lembar saham saat IPO, tetapi enam bulan berselang, sahamnya kini dihargai Rp57 per lembar oleh pasar.
Saham emiten produsen tepung roti ini terkoreksi hingga 72,85% sejak melantai di Bursa pada 9 Januari 2025. Meskipun begitu, BRRC mampu meraup dana sebesar Rp61,21 miliar dari aksi IPO tersebut.
Selain itu, saham PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI) dan PT Kentanix Supra International Tbk. (KSIX) masing-masing terkoreksi 57,62% dan 57,07% sejak melantai di Bursa.
KAQI melepas sahamnya seharga Rp118 per lembar saham saat masa penawaran umum. Selepas melantai di Bursa pada 10 Maret 2025, saham KAQI berangsur-angsur melemah hingga ke level Rp50 per lembar saham pada Rabu (16/7/2025).
Baca Juga
Begitu juga dengan KSIX yang membanderol sahamnya seharga Rp452 per lembar. Kendati sempat menyentuh ARA selepas pencatatan perdana, saham KSIX kini terkoreksi lebih dari setengah harga penawaran umum ke level Rp194 per lembar.
Saham PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) juga terkoreksi 53,03% dari harga penawaran umum sebesar Rp132 ke Rp62 pada perdagangan hari ini.
Teranyar, saham PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI) mencatatkan pelemahan, sesaat setelah melantai di Bursa pada Kamis (10/7/2025). Pada penawaran umum, saham PMUI dibanderol seharga Rp180 per lembar saham, tetapi sesaat melantai di Bursa, saham PMUI langsung menyentuh ARB. Kini, harga saham PMUI dibanderol seharga Rp128 atau terkoreksi 28,88% sejak melantai di Bursa.
Selain itu, secara berturut-turut, saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI), PT Hero Global Investment Tbk. (HGII), PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR), dan PT Asuransi Digital Bersama Tbk. (YOII) juga turut terkoreksi masing-masing 22,59%, 21%, 14,51%, dan 7%.
Di tengah banyaknya saham yang berkinerja boncos setelah pencatatan saham, likuiditas pasar terdorong oleh sejumlah saham yang laris dibeli investor. Sebut saja PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dan PT Indokripto Coin Semesta Tbk. (COIN) yang menyentuh ARA sepanjang beberapa hari perdagangan usai melantai di Bursa.
Saham CDIA semula dibanderol seharga Rp190 per lembar. Dalam penawaran umum, CDIA mengalami oversubscribed sebanyak 15,06 kali. Kemarin, harga saham CDIA telah terparkir di level Rp474 atau naik 310,52% sejak pencatatan perdana.
Begitu juga dengan saham COIN yang semula dibanderol seharga Rp100 per lembar, kini telah terbang ke Rp474 per lembar atau terapresiasi sebesar 374% pada Rabu (16/7/2025).
Di tengah kondisi tersebut, Bursa Efek Indonesia menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya mengejar kuantitas terhadap aksi pencatatan saham, tetapi juga kualitas saham yang tercatat.
Sebagai upaya dalam mendongkrak kualitas IPO itu, BEI misalnya bekerja sama dengan stakeholders, berusaha agar makin banyak perusahaan-perusahaan mercusuar atau lighthouse melakukan IPO di BEI.
Terpisah, Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna menerangkan, pada tahun ini, Bursa menerapkan langkah yang cukup ketat untuk menyeleksi perusahaan IPO. Proses evaluasi atas dokumen pendaftaran pencatatan efek yang berlaku di BEI dilakukan secara konsisten mengacu kepada standar evaluasi dan regulasi yang berlaku.
BEI menurutnya fokus pada calon perusahaan tercatat memenuhi persyaratan sesuai dengan regulasi sebagaimana menjadi aspek formal dalam penilaian calon perusahaan tercatat serta aspek non-formal, di antaranya going concern perusahaan, kualitas manajemen, dan aspek penilaian lainnya.
BEI pun sangat menghargai perusahaan yang mempersiapkan sebaik dan optimal mungkin untuk menjadi perusahaan terbuka. Keberhasilan dari sebuah perusahaan tercatat selain dari aspek struktur IPO dan momentum yang tepat, tentunya juga bergantung pada kesiapan masing-masing perusahaan.
"Kami mendorong perusahaan untuk memiliki kesiapan IPO yang baik untuk kesuksesan baik pada saat IPO dan juga setelah IPO, meski persiapan ini membutuhkan waktu yang sedikit lebih panjang," kata Nyoman, dikutip Rabu (16/7/2025).
BEI Fokus pada Kualitas Emiten
Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat membenarkan, sudah semestinya Bursa hanya fokus pada kualitas calon perusahaan tercatat, tidak hanya mengejar target kuantitas.
Hanya saja, Teguh menilai, Bursa tidak benar-benar serius mengejar kualitas perusahaan tercatat. Bursa dinilai seolah-olah hanya fokus pada pemenuhan target mereka dengan mengejar 66 perusahaan tercatat baru sepanjang 2025.
“Jadi yang dikejar Bursa itu kuantitas saja. Masalah kualitas itu kayaknya tidak diperhatikan sama sekali,” katanya saat dihubungi, Rabu (16/7/2025).