Bisnis.com, JAKARTA — PT Angkasa Pura Indonesia atau Injourney Airports telah menyiapkan dana pembayaran pokok dan bunga Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura II Tahap II Tahun 2020 sebesar Rp162,37 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Rabu (2/7/2025), Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Injourney Airports, Yaninda Bayu Wirawan menjelaskan dana untuk pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura II Tahap II Tahun 2020 Seri B sebesar Rp159 miliar telah tersedia.
Dana tersebut bersumber dari penerbitan Sukuk Wakalah Bi Al-Istitsmar Jangka Panjang Yang Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum Angkasa Pura I Tahun 2023 pada 27 Desember 2023. Adapun, pokok obligasi jatuh tempo pada 13 Agustus 2025.
Sementara, dana untuk pembayaran bunga Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura II Tahap II Tahun 2020 Seri B senilai Rp3,37 miliar mengambil sumber dana dari internal perusahaan. Bunga obligasi memiliki jatuh tempo yang sama dengan pokok.
"Dana tersebut akan disetorkan ke rekening PT Kustodian Sentral Efek Indonesia paling lambat 12 Agustus 2025 pukul 14.00 WIB," tulis Yanindya dalam keterbukaan informasi.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, PT Angkasa Pura Indonesia atau Injourney Airports membidik pertumbuhan signifikan bisnis non-aero pada 37 bandara di Indonesia kelolaan dalam lima tahun mendatang. Operator bandara pelat merah ini turut menargetkan pendapatan hingga Rp30 triliun dalam periode tersebut.
Baca Juga
Setelah Angkasa Pura I dan II resmi digabung alias merger pada akhir tahun lalu, pemerintah baru meluncurkan Injourney Airports yang berada di bawah holding Injourney sembilan bulan kemudian.
Peluncuran ini menandai telah selesainya proses merger dan integrasi antarkedua perusahaan. Belum lagi, perusahaan berhasil menyederhanakan dokumen tata kelola utama dari 1.400 poin menjadi 96 dokumen. Langkah ini diyakini akan mempermudah operasional di seluruh bandara kelolaan.
Lewat penyederhanaan tersebut, Injourney Airports menargetkan pertumbuhan kinerja perusahaan. Selain target penghasilan sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) di level Rp9 triliun dan pendapatan Rp20,3 triliun, API turut memperbesar cakupan bisnis non-aero.