Bisnis.com, JAKARTA — Gerak saham emiten terafiliasi Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) bergeliat seiring dengan kabar masuknya investasi dari sovereign wealth fund Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham TPIA melonjak 4,29% ke level Rp10.325 pada sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (17/6/2025).
Harga saham TPIA pun telah di zona hijau, naik 37,67% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Geliat harga saham TPIA terjadi di tengah masuknya investasi dari Danantara dan INA. Danantara, INA, dan TPIA telah resmi menjalin kemitraan strategis dalam proyek pembangunan pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) dengan nilai investasi mencapai US$800 juta atau setara dengan Rp13 triliun.
Nota kesepahaman (MoU) yang diteken pada 16 Juni 2025 itu menandai langkah awal masuknya Danantara dan INA sebagai calon investor strategis dalam proyek ini.
"Masuknya Danantara Indonesia dan INA mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan industri kimia di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, kami membangun fondasi yang kuat untuk mendorong pengembangan industri yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Presiden Direktur Chandra Asri Group Erwin Ciputra dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6/2025).
Baca Juga
Prospek Saham TPIA
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai sebenarnya tren kenaikan harga saham TPIA sudah ter-price-in dari faktor-faktor yang menjadi katalis positif. Sebelum kabar masuknya investasi dari Danantara dan INA, gerak saham TPIA didorong oleh kabar aksi korporasi.
TPIA misalnya tengah ancang-ancang membawa anak usahanya yakni PT Chandra Daya Investasi untuk menjalankan aksi penawaran saham perdana ke publik alias IPO.
Adapun, dengan adanya investasi dari Danantara dan INA terhadap proyek yang dikembangkan TPIA, akan semakin mendorong gerak saham TPIA. Menurutnya, investasi dari Danantara dan INA akan memberikan nilai tambah bagi TPIA.
"Harusnya akan memberikan dampak yang positif ke fundamental TPIA untuk ke depannya," kata Nafan, Selasa (17/6/2025).
Dia merekomendasikan buy untuk TPIA dengan target harga jangka panjang mencapai Rp11.275 per lembar.
Sebelumnya, Analis Panin Sekuritas, Sarkia Adelia juga mengatakan gerak saham TPIA memang terdorong oleh sejumlah manuver seperti rencana IPO anak usahanya.
"Adanya langkah ekspansi dan diversifikasi bisnis yang agresif melalui anak usahanya menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kinerja perseroan ke depannya," tulis Sarkia dalam risetnya.
Namun, Panin Sekuritas masih merekomendasikan hold untuk TPIA dengan mempertimbangkan sejumlah tantangan pada industri petrokimia serta mempertimbangkan kinerja perseroan yang masih mencatatkan rugi dalam beberapa tahun terakhir.
Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan juga menilai saham TPIA terdorong oleh langkah aksi korporasi. Selain langkah IPO anak usaha, terdapat pula akuisisi Shell Energy and Chemicals Park (SECP) dari Shell Singapore Pte Ltd (SSPL) melalui perusahaan patungan (joint venture) dengan Glencore Asian Holdings Pte. Ltd.
Akuisisi itu diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap profitabilitas 2025. Namun, Sucor Sekuritas masih mempertahankan sikap netral terhadap saham TPIA.
Sucor Sekuritas memproyeksikan SECP akan memberikan kontribusi sebesar US$35 juta-US$42 juta kepada TPIA pada 2025.
"Selain itu, rumor tentang IPO untuk anak perusahaannya, Chandra Daya Investasi dapat semakin membuka valuasi TPIA," tulis Andreas dalam risetnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.