Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan rencana pembukaan kembali kode broker dan kode domisili pada akhir sesi I perdagangan saham.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyampaikan Bursa menyiapkan sejumlah inovasi baru seperti implementasi liquidity provider dan short selling pada kuartal III/2025 untuk memacu transaksi saham.
Bursa juga berencana membuka kembali kode broker dan kode domisili pada akhir perdagangan sesi I, yang sebelumnya ditutup mulai Desember 2021. Artinya, pembukaan data tersebut hanya dilakukan pada penutupan perdagangan sesi I dan II, tidak real time seperti sebelumnya.
Saat ini, BEI sudah meminta vendor untuk menyesuaikan proses pelaporan. Rencananya, pembukaan kode domisili dan kode broker dapat berlaku dalam 3 bulan ke depan.
“Kalau bisa lebih cepat, akan kami sampaikan ke publik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).
Baca Juga
SAMBUTAN INVESTOR
Investor ritel lokal semringah menyambut rencana regulator bursa saham membuka kembali kode broker dan kode domisili demi menggairahkan transaksi perdagangan harian.
Sekadar informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil kebijakan menutup akses informasi kode broker dan kode domisili secara langsung sejak 6 Desember 2021, sehingga data tersebut hanya tersedia di akhir sesi perdagangan.
Kala itu, alasan utama regulator adalah mendorong investor lokal lebih memperhatikan analisis fundamental, bukan hanya ikut-ikutan arus transaksi mayoritas atau biasa disebut herding behaviour, utamanya terkait manuver-manuver investor asing.
Terkini, otoritas dan regulator berencana membuka kembali informasi kode broker dan kode domisili secara parsial, yakni di akhir perdagangan sesi pertama. Tujuannya, meningkatkan likuiditas, serta memberikan transparansi yang lebih baik.
Co-Founder Komunitas Syariah Saham sekaligus Direktur Utama PT Syariah Saham Indonesia Ady Nugraha menilai pembukaan kode broker dan kode domisili pada sesi pertama akan secara signifikan meningkatkan gairah transaksi investor lokal, sekaligus melatih mereka menghindari sikap fear of missing out (FOMO).
"Karena pembukaan ini akan memicu ketertarikan. Contohnya, harga saham A sedang kenapa, nih? Apakah karena asing, atau ada broker tertentu yang borong sebagai indikasi buyback, misalnya. Tentu rasa penasaran lebih cepat terbayarkan dan bisa bikin transaksi lebih ramai," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (11/6/2025).
Ady percaya pembukaan kode broker dan kode domisili secara parsial tak akan memicu herding behaviour, sebab informasi tersebut hanya akan membantu dalam mengambil sikap atau meningkatkan keyakinan.
Terlebih, sebentar lagi bursa juga akan diramaikan oleh beragam liquidity provider, sehingga pembukaan informasi ini justru bisa memberikan transparansi dan perlindungan bagi investor ritel lokal.
"Ini akan membawa suasana baru. Terutama, nanti saat ada liquidity provider, pasti lihat dulu apakah asing ikut beli, atau hanya ritel dan broker-broker tertentu yang ikut FOMO. Jadi analisis tetap jalan," tambahnya.
Ketua Umum Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI) Yumetri Abidin sepakat bahwa pembukaan kode broker dan kode domisili secara parsial justru memberikan transparansi dan memberikan keberpihakan lebih buat investor ritel lokal.
"Ini justru melindungi dari manuver investor asing yang mempermainkan investor lokal. Jadi dalam fenomena transaksi harian itu investor lokal bisa melihat lebih jelas dan tidak terlambat menanggapi pasar," ungkapnya.
Terlebih, kondisi perekonomian global yang kini tengah bergejolak justru menjadi momentum bagi investor lokal untuk mulai melakukan transaksi akumulasi.