Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas diproyeksi lanjut menguat ke level US$3.500 per troy ounces dalam waktu dekat seiring dengan ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi yang meningkat di tingkat global.
Research Analyst Mirae Asset Farras Farhan mengatakn ketidakpastian global meningkatkan minat investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Sebagai informasi, harga emas global berada di level US$3.340 per troy ounce pada Rabu (11/6/2025). Emas melonjak signifikan lebih dari 27% dari posisi akhir 2024 di level US$2.620 per troy ounce.
Berdasarkan perhitungan Farras, rata-rata harga emas tahunan mencapai US$3.100 per troy ounce atau lebih tinggi dari rata-rata pada awal 2025 di bawah US$3.000 per troy ounce.
“Kami masih optimistis harga emas masih bisa menguat hingga US$3.500 per troy ounce dalam jangka pendek periode 1-3 bulan ke depan, karena ketidakpastian globalnya masih tinggi. Untuk itu, saham-saham emiten terkait emas bisa jadi pilihan trading jangka pendek,” ujar Farras di Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Dia menjelaskan pelaku pasar menunggu keputusan tarif Trump setelah masa suspensi 90 hari berakhir pada 9 Juli 2025. Selain itu, permintaan emas juga diprediksi akan naik menjelang perayaan Diwali di India pada Oktober yang biasanya turut mendongkrak harga emas global.
Farras juga menyoroti faktor tambahan suplai produksi emas dari Australia dan penurunan permintaan emas dunia sebagai sentimen yang mempengaruhi tren harga emas ke depan.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menambahkan risiko geopolitik dan makroekonomi global masih menjadi pendorong utama harga emas dunia sejak awal tahun.
Menurutnya, sebagai instrumen safe haven harga emas akan kembali naik jika kondisi global diliputi ketidakpastian atau bahkan jika terjadi sentimen negatif.
Terkait dengan tarif dagang Trump, dia memprediksi pasar baru akan bereaksi jika keputusan tarif tersebut jauh di atas atau jauh di bawah acuan tarif yang sudah diwacanakan.
“Kalau nanti keputusan tarif impor barang China ke AS jauh dari rencana awal 30% dan sebaliknya tarif impor AS ke China 10%, maka baru akan ada perubahan di prediksi ekonomi dan pasar keuangan. Pelaku pasar global sudah mengantisipasi level 30%-10% tersebut,” ujarnya.
Dia menambahkan setelah tensi perang dagang yang kian mereda memicu pelemahan nilai tukar dolar AS dan harga komoditas. Di pasar saham, terjadi aliran keluar dana asing (foreign capital ouflow) pada pekan pertama Juni 2025 dengan nilai sekitar Rp4,7 triliun. Saham-saham yang dilego asing terutama saham bank-bank besar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Bumi Resouces Minerals Tbk. (BRMS) Herwin Hidayat mengatakan prospek cerah harga emas masih dapat menguntungkan emiten produsen emas. Dia memprediksi, harga emas masih bisa terus melonjak seiring dengan tingginya permintaan emas dari segmen publik di tengah ketidakpastian global.
“Untuk BRMS, setiap kenaikan harga emas dapat membuat kinerja keuangan lebih positif, bersama dengan faktor lain yaitu peningkatan kapasitas produksi. Kami menargetkan produksi emas tahun ini naik menjadi 70.000-75.000 troy ounce dari 64.983 troy ounce pada 2024,” katanya.