Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham-saham dengan likuiditas tinggi berkapitalisasi pasar kecil hingga menengah atau IDX SMC Liquid mencatatkan kinerja yang apik yang berpotensi berlanjut hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks SMC Liquid tumbuh 0,16% sepanjang tahun berjalan/year to date (YtD), sementara indeks LQ45 terkoreksi 3,02% YtD.
Penguatan indeks IDX SMC Liquid juga terjadi pekan lalu ketika sejumlah indeks utama merosot. Pada periode 2 Juni—5 Juni 2025, indeks LQ45 terkoreksi 1,60%, IDX30 terkoreksi 2,10%, hingga IDX High Dividend 20 yang terkoreksi 3,73%. Di sisi lain, IDX SMC Liquid mencatatkan kenaikan sebesar 0,34%.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menila penguatan indeks SMC Liquid pada perdagangan pekan lalu, khususnya, terjadi didorong oleh penguatan sejumlah saham yang rebound.
”Wajar jika dalam beberapa waktu terakhir kinerja IDX SMC Liquid berada di atas LQ45, mengingat banyak saham di indeks ini berasal dari sektor-sektor yang sedang dalam fase pemulihan harga sejak awal tahun, seperti energi, properti, dan barang konsumsi,” kata Ekky saat dihubungi, Senin (9/6/2025).
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), misalnya, yang sempat tertekan sejak awal tahun hingga menyentuh harga terendahnya pada Maret 2025 sebesar Rp2.300 per lembar saham kini masuk tren bullish dan bertengger di level Rp2.870.
Begitu juga dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) yang harga sahamnya sejak akhir 2024 hingga Mei 2025 bergerak di bawah Rp1.000. Sejak 15 Mei 2025, saham PGEO melesat hingga ditutup di level Rp1.335 pada perdagangan pekan lalu.
Selain itu, saham PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) juga kembali menguat 36,14% year to date (YtD), setelah emiten ritel itu sempat terpuruk hingga akhir Maret 2025. Kini, harga sahamnya meroket ke Rp550 per lembar, meninggalkan titik terendahnya Rp312 pada Februari 2025.
Sementara itu, indeks LQ45 yang dihuni oleh saham-saham likuid blue chip cenderung bergerak stagnan atau melemah. Menurut Ekky, hal ini disebabkan oleh sentimen makroekonomi dan perlambatan pada sektor keuangan.
Adapun, sejumlah saham bank jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing pada perdagangan pekan lalu. Saham BBCA, misalnya, mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,85 triliun dalam sepekan.
Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp719 miliar dalam sepekan. Lalu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) banyak dijual asing dengan catatan net sell asing sebesar Rp682 miliar.
Ekky menilai, penguatan terhadap indeks SMC Liquid diproyeksi bakal berlangsung hingga akhir tahun. IDX SMC Liquid disebut masih memiliki potensi untuk melanjutkan penguatannya.
Adapun Ekky menyebut bahwa sektor energi dan basic materials bakal menjadi dua sektor yang mendorong penguatan kinerja indeks lapis kedua itu.
”Saham-saham yang berkaitan dengan energi dan basic materials, saya rasa masih akan mendominasi pergerakan positif dalam jangka pendek, seiring dengan tren harga komoditas yang mulai stabil dan rotasi sektor dari big caps ke second liners yang lebih atraktif dari sisi valuasi dan momentum,” tutupnya.
Sebaliknya, LQ45 masih harus menunggu sentimen positif berupa meredanya eskalasi perang dagang antara AS-China, hingga kembali masuknya investor ke saham-saham berkapitalisasi jumbo yang terpuruk di dalam indeks.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.