Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke posisi Rp16.294,5 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (4/6/2025). Di sisi lain, greenback terpantau mencatatkan pelemahan.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat sebesar 14,20 poin atau 0,09% ke level Rp16.294,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,07% menuju 99,15.
Sementara itu, mata uang di Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang menguat 0,01% bersama won Korea sebesar 0,82%. Adapun baht Thailand dan ringgit Malaysia ditutup melemah dengan persentase masing-masing 0,11% dan 0,12%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menilai bahwa pelaku pasar global tengah mencermati dampak ekonomi dari kebijakan proteksionis mantan Presiden AS Donald Trump yang kembali menggandakan tarif impor baja dan aluminium.
Di saat yang sama, pelaku pasar juga menantikan rilis data non-farm payrolls AS pada Jumat mendatang sebagai petunjuk arah ekonomi berikutnya.
Sinyal dari Gedung Putih menyebutkan bahwa Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kemungkinan akan melakukan panggilan telepon pada pekan ini. Meski demikian, belum ada jadwal pasti yang diumumkan.
Baca Juga
“Namun, berita tentang potensi dialog tersebut memicu harapan bahwa pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok akan meningkat, terutama setelah pejabat AS mengakui bahwa negosiasi telah terhenti dalam beberapa minggu terakhir,” ujar Ibrahim.
Sementara itu, dari sisi kebijakan moneter, sejumlah pejabat Federal Reserve atau The Fed kembali menegaskan bahwa suku bunga acuan diperkirakan tetap tidak berubah dalam waktu dekat, mengingat tekanan inflasi yang masih terkendali.
Dari dalam negeri, muncul kekhawatiran perlambatan ekonomi setelah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,2 poin menjadi 4,7% pada 2025.
Ibrahim menyatakan bahwa pemangkasan tersebut menjadi revisi kedua sepanjang tahun ini. Sebelumnya, OECD telah memangkas proyeksi dari 5,2% menjadi 4,9%.
Dalam laporan terbarunya, OECD Economic Outlook June 2025, lembaga tersebut menyebutkan pertumbuhan PDB riil Indonesia diperkirakan akan melambat menjadi 4,7% pada 2025 sebelum sedikit meningkat menjadi 4,8% pada 2026.
OECD menyoroti lemahnya sentimen bisnis dan konsumen akibat ketidakpastian kebijakan fiskal serta tingginya biaya pinjaman yang membebani konsumsi dan investasi swasta, khususnya pada paruh pertama 2025.
“Seiring dengan kondisi keuangan yang berangsur-angsur mereda, inflasi tetap berada dalam kisaran target bank sentral,” pungkas Ibrahim.
Lembaga multilateral itu juga memperingatkan risiko arus keluar modal akibat ketidakpastian kebijakan global dan domestik dapat menekan nilai tukar rupiah, memperlebar defisit transaksi berjalan, dan mendorong inflasi dari sisi biaya impor.
Dengan situasi saat ini, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di kisaran Rp16.250 - Rp16.300 pada Kamis (5/6/2025).
____________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.