Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Saham Emiten Otomotif ASII & IMAS saat BI Rate Turun

Keputusan BI dalam menurunkan suku bunga acuannya itu diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuannya dan dinilai memberikan dorongan bagi saham sektor otomotif. Bagaimana kemudian nasib gerak saham emiten seperti PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS)?

Keputusan BI dalam menurunkan suku bunga acuannya itu diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025. BI menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin ke level 5,50%.

Dalam pengumumannya, bank sentral juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,25%. 

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan penurunan suku bunga acuan BI akan memberikan dampak positif bagi pasar saham. Terlebih lagi, di tengah situasi dan kondisi saat ini, di mana perlambatan ekonomi terjadi di Indonesia. 

"Oleh sebab itu, dibutuhkan dorongan kebijakan dari Bank Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunganya," kata Nico kepada Bisnis, belum lama ini.

Dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, maka akan mendorong daya beli dan konsumsi. Selain itu, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan pinjaman serta diharapkan dapat mengakselerasi perekonomian. 

"Dengan pemangkasan tingkat suku bunga, pasar saham akan mengalami kenaikkan secara harga karena akan mendorong investasi ke aset-aset yang berisiko," tutur Nico.

Adapun, menurutnya terdapat sektor saham yang berpotensi terdongkrak oleh penurunan suku bunga acuan salah satunya adalah sektor otomotif. 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan penurunan suku bunga acuan telah diapresiasi oleh pelaku pasar. 

Menurutnya, penurunan suku bunga acuan merupakan momentum tepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Secara umum, penurunan suku bunga acuan memberikan benefit penurunan biaya pinjaman. Sektor otomotif pun akan merasakan dampaknya.

"Penurunan suku bunga acuan memberikan benefit reducing borrowing cost dan meningkatkan permintaan kredit serta mendorong penjualan produk otomotif," ujar Nafan kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Seiring dengan kabar penurunan suku bunga acuan BI, gerak saham ASII telah menguat. Harga saham ASII naik 3,19% pada perdagangan terakhirnya, Rabu (28/5/2025) ke level Rp4.850 per lembar. 

Harga saham ASII juga telah menanjak 3,85% dalam sepekan perdagangan terakhir. Meskipun, harga saham ASII masih di zona merah, turun 1,02% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Sementara, harga saham IMAS stagnan di level Rp910 pada perdagangan terakhirnya, Rabu (28/5/2025). Harga saham IMAS telah turun 1,09% dalam sepekan. Meskipun, IMAS telah berada di zona hijau, menguat 0,55% ytd.

Analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta menyatakan gerak saham emiten otomotif seperti ASII telah melorot sepanjang 2025 berjalan dipengaruhi oleh sentimen lesunya sektor otomotif domestik.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil secara wholesales pada April 2025 mencapai 51.205 unit, memang naik 5% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan April 2024 sebanyak 48.764 unit. 

Namun, jika ditinjau secara bulanan, penjualan mobil wholesales justru ambles 27,8% menjadi 51.205 unit pada April 2025, dibandingkan penjualan Maret 2025 sebanyak 70.895 unit.

Penjualan mobil secara wholesales sejak Januari 2025 hingga April 2025 juga mencapai 256.368 unit, turun 2,89% yoy dibandingkan 264.014 unit pada periode yang sama tahun lalu.

"Risiko bagi ASII di antaranya permintaan otomotif yang lebih lemah dari perkiraan, pajak ICE [Internal Combustion Engine] yang lebih tinggi, subsidi bahan bakar yang lebih rendah, dan ekspansi agresif oleh produsen EV [electric vehicle] di Indonesia," kata Paulina dalam risetnya.

Meskipun, Maybank Sekuritas masih merekomendasikan beli untuk ASII dengan target harga Rp5.650 per lembar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper