Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HM Sampoerna Segera RUPST, Pemegang Saham HMSP Cuan Dividen 2025?

HM Sampoerna (HMSP) akan segera menggelar RUPST 2025 pada Selasa (27/5/2025).
Pekerja Pabrik rokok kretek Mitra Produksi Sigaret (MPS) milik PT HM Sampoerna di Kabupaten Bantul. Bisnis
Pekerja Pabrik rokok kretek Mitra Produksi Sigaret (MPS) milik PT HM Sampoerna di Kabupaten Bantul. Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) akan segera menggelar RUPST 2025.

Berdasarkan jadwal, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun buku 2024 HM Sampoerna akan berlangsung pada Selasa (27/5/2025) pukul 09:00 WIB hingga selesai.

RUPST 2025 memiliki lima mata acara. Salah satunya persetujuan penggunaan laba bersih tahun buku 2024. Dari situ, akan diputuskan apakah para pemegang saham HMSP akan mendapat guyuran dividen 2025.

Sebagaimana diketahui, HM Sampoerna mencatatkan penurunan volume penjualan sepanjang 2024. Melemahnya performa penjualan mengakibatkan pangsa pasar perseroan terkikis.

Melansir laporan Philip Morris International, HMSP membukukan penjualan sebesar 80,8 miliar batang pada 2024. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 3,7% dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai 84 miliar batang.

Penurunan tersebut membuat pangsa pasar alias market share perseroan meredup menuju level 27,4% sepanjang 2024, atau turun dari posisi 28,7% pada 2023.

Di sisi lain, volume penjualan industri rokok di Indonesia mencapai 295,5 miliar batang sepanjang tahun lalu atau tumbuh 1,1% YoY dari posisi 292,2 miliar batang.

Berdasarkan segmentasi produk, penjualan rokok HMSP mencapai 79,6 miliar batang atau turun 4,5% year on year (YoY) dari posisi sebelumnya 83,4 miliar batang. Adapun, penjualan IQOS naik sekitar 2 kali lipat menjadi 1,2 miliar batang.

HM Sampoerna melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp6,64 triliun, turun 17,92% YoY dari Rp8,09 triliun pada 2023. 

HMSP sejatinya mampu meraih penjualan bersih sebesar Rp117,88 triliun, naik 1,64% YoY. Namun, penjualan bersih emiten rokok milik Philip Morris International itu diikuti beban pokok yang juga terkerek menjadi Rp99,34 triliun, naik 2,79% YoY. 

Dua komponen beban paling besar ialah biaya produksi sebesar Rp20,26 triliun, naik 10,69% YoY dan belanja pita cukai yang sebesar Rp64,27 triliun, naik 2,22% YoY dari posisi Rp62,87 triliun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper