Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Rebound Indeks LQ45 di Tengah Ragam Sentimen Positif

Terdapat prospek penguatan indeks LQ45 yang berisi 45 emiten berkapitalisasi pasar besar walau masih mencatatkan kinerja lesu sepanjang 2025 berjalan.
Warga mengakses data saham menggunakan laptop dan ponsel pintar di Jakarta, Jumat (11/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 0,13% atau 8,2 poin menuju posisi 6.262,22.-Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan laptop dan ponsel pintar di Jakarta, Jumat (11/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 0,13% atau 8,2 poin menuju posisi 6.262,22.-Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks terlikuid atau indeks LQ45 yang berisi 45 emiten berkapitalisasi pasar besar terpantau mencatatkan kinerja lesu sepanjang 2025 berjalan. Namun, terdapat prospek penguatan indeks didorong oleh sejumlah sentimen. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 memang menguat 1,2% pada perdagangan hari ini, Rabu (21/5/2025) ke level 812,16. Namun, indeks LQ45 masih di zona merah, melemah 1,75% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Sementara, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat tertekan pada beberapa bulan lalu mulai pulih. IHSG bahkan telah berada di zona hijau, menguat 0,88% sepanjang 2025.

Adapun, indeks LQ45 yang masih loyo sepanjang 2025 didorong oleh gerak saham konstituen yang belum melaju. Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang menjadi pemberat indeks misalnya mencatatkan pelemahan harga 18,58% ytd.

Kemudian, saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) melemah 12,93% dan saham PT Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) masih melemah 8,42%.

Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan gerak indeks LQ45 yang belum mampu sejajar dengan IHSG dipengaruhi oleh harga saham konstituennya yang belum pulih.

Adapun, tekanan terhadap saham-saham big caps tersebut sebelumnya berasal dari sentimen perang dagang yang menguras banyak dana asing kabur dari pasar saham Indonesia,

"Lesunya saham-saham dalam indeks LQ45 tentunya karena kondisi perang dagang yang belum stabil terkait tarif pada kuartal I/2025 dan kuartal II/2025 diiringi aksi jual investor asing," kata Angga kepada Bisnis, Rabu (21/5/2025).

Meski begitu, Angga menilai potensi rebound indeks LQ45 terbuka lebar didorong oleh deeskalasi perang dagang belakangan ini. Belum lagi, investor juga tengah mencermati arah kebijakan suku bunga dari bank sentral AS (The Fed).

Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan hari ini juga disebut mampu menjadi pendorong pemulihan indeks. Sebagaimana diketahui, BI telah menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin ke level 5,50% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025. 

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga menilai indeks LQ45 memiliki peluang besar untuk pulih mengikuti IHSG didorong oleh sentimen penurunan suku bunga acuan BI.

Indikasi perlambatan ekonomi domestik, terkendalinya inflasi, serta nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan memberikan ruang stabilitas eksternal bagi BI dalam menurunkan suku bunga acuan.

"Dengan inflasi inti yang rendah dan ekspektasi inflasi yang terjaga, real policy rate Indonesia masih positif," kata Felix.

Menurutnya, pelaku pasar sejauh ini masih wait and see terkait kepastian kebijakan BI rate. Alhasil, pasar saham, termasuk indeks LQ45 akan terdorong setelah pengumuman BI rate turun.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan aksi jual investor asing yang tinggi di saham-saham LQ45 sebelumnya menjadi pemberat langkah indeks. Namun, dengan pemulihan beberapa hari terakhir ini diperkirakan aliran modal  asing akan kembali mengalir masuk ke Indonesia.

Dia  menilai kondisi deeskalasi perang dagang serta potensi The Fed melonggarkan kebijakan moneternya bisa menjadi tambahan katalis positif untuk laju indeks LQ45.

"Dalam hal ini, indeks LQ45 berada dalam keadaan bullish," ujar Nafan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper