Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menggali Peluang Cuan PTBA, BYAN Cs saat Harga Batu Bara Mendingin

Prospek emiten batu bara seperti BYAN dan PTBA dinilai masih positif seiring langkah perseroan yang mampu menjaga efisiensi & melakukan diversifikasi bisnis.
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023).Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023).Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek pertumbuhan emiten batu bara seperti BYAN dan PTBA dinilai masih positif seiring dengan langkah perseroan yang mampu menjaga efisiensi dan melakukan diversifikasi bisnis di tengah tekanan harga emas hitam global yang terus melemah pada tahun ini.

Analis senior Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas memaparkan hingga kini harga batu bara global sempat menyentuh titik terendah tahun ini di level US$ 93,7 per ton dan kini mulai pulih ke kisaran US$ 98 per ton. Ia memproyeksikan harga dapat kembali ke level US$ 100–110 per ton dalam waktu dekat, ditopang oleh kekhawatiran akan gangguan pasokan dari Australia.

Kondisi tersebut, kata dia, yang menyebabkan kinerja emiten secara umum masih tertekan karena harga yang lemah dan permintaan global yang melambat.

"Peluang sektor batu bara ke depan masih ditopang oleh permintaan domestik yang kuat serta ekspansi pasar ke negara non-tradisional. Namun, tantangan yang harus dihadapi adalah tekanan harga global, transisi energi bersih yang semakin cepat, dan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi," ujarnya kepada Bisnis, dikutip, Kamis (19/5/2025).

Dia pun meminta agar ke-depannya investor perlu lebih selektif. Menurutnya perusahaan yang punya efisiensi operasional, diversifikasi bisnis, dan fokus ke pasar domestik akan lebih tangguh menghadapi ketidakpastian.

Dia mencontohkan seperti PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) tetap menunjukkan potensi pertumbuhan. BYAN, menurut Sukarno menunjukkan kinerja cemerlang pada kuartal I/2025 dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 34,5% secara tahunan (YoY).

“Efisiensi produksi dan logistik menjadi kekuatan utama BYAN. Mereka juga mendapat keuntungan dari batu bara berkalori tinggi yang tetap diminati pasar meski harga menurun,” paparnya.

Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi hold untuk saham BYAN dengan target harga Rp21.300.

Sementara itu, untuk PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), Kiwoom juga merekomendasikan hold dengan target harga Rp3.100. Meski laba perusahaan pada kuartal I/2025 mengalami penurunan akibat turunnya harga batu bara, PTBA tetap dinilai menarik karena beberapa faktor.

“Pendapatan PTBA stabil dari pasar domestik, terutama melalui kontrak dengan PLN dan industri. Ditambah lagi, PTBA dikenal sebagai emiten dengan dividend yield tinggi dan mulai masuk ke bisnis energi terbarukan serta hilirisasi batu bara seperti gasifikasi,” jelas Sukarno.

Equity Analyst Panin Sekuritas Andhika Audrey memproyeksikan kinerja emiten batu bara sepanjang tahun 2025 masih dibayangi tantangan seiring tren penurunan harga batu bara global yang terus berlanjut. Ketidakpastian kebijakan penggunaan harga batu bara Acuan (HBA) untuk ekspor yang seharusnya diberlakukan sejak 1 Maret 2025, turut menambah keraguan pasar.

Dia menjelaskan saat ini harga indeks batubara global seperti Indonesia Coal Index atau ICI dan Newcastle sudah turun di bawah US$100 per ton pada April 2025, sedangkan HBA per April periode kedua masih tercatat di angka US$120 per ton.

"Dari dalam negeri sendiri terdapat kegamangan terhadap penggunaan HBA untuk eskpor batubara yang aturannya dimulai pada 1 Maret 25, tetapi saat ini masih simpang siur untuk implementasinya," ujarnya.

Di sisi lain, permintaan dari China, sebagai pasar utama batubara juga mengalami penurunan karena meningkatnya produksi domestik negara tersebut.

Meski demikian, lanjutnya, tetap ada peluang di kala sentimen negatif menyelimuti emiten batubara, di antaranya yakni permintaan batubara dari India dan negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina diperkirakan tumbuh, memberikan harapan baru di tengah tekanan global.

Selain itu, prospek hilirisasi batubara seperti proyek gasifikasi dan DME menjadi katalis positif jangka panjang.

“Investor juga mulai berburu saham emiten batubara yang fokus pada dividen play seperti ADRO, PTBA, dan ITMG,” tambahnya.

Panin Sekuritas memproyeksikan harga batubara global sepanjang 2025 diproyeksikan akan stabil di kisaran US$100–110 per ton.

Sebagai rekomendasi, dia menyarankan saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) layak untuk di-hold dengan target harga di level Rp2.800 per saham. Bagi investor yang telah mengoleksi saham ini, disarankan menunggu potensi pembagian dividen yang akan diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 12 Juni 2025 mendatang.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper