Bisnis.com, JAKARTA — Kesepakatan tarif dagang antara AS dan China membuat harga emas jatuh setelah berkali-kali menyentuh level all time high. Lalu, bagaimana prospek emiten-emiten emas seperti ANTM dan HRTA yang sudah menikmati kinerja moncer awal tahun?
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menjelaskan kondisi harga emas saat ini berada pada level US$3.200 per troy ons, dn telah turun 10% dari harga tertingginya pada US$3.500 per troy ons.
"Kami tetap merekomendasikan emas di portofolio nasabah ya, tapi dengan porsi yang tidak terlalu besar. Saham-saham emas ini bisa untuk bumper-nya ya, jadi kami tetap memberikan rekomendasi tapi dengan porsi yang enggak terlalu agresif," ujar Martha dalam Mirae Asset Sekuritas Media Day di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Martha melanjutkan, untuk kenaikan harga emas dengan kondisi saat ini yang ada pada level US$3.200 menurutnya masih cukup menguntungkan atau masih cukup menarik buat emiten emas. Akan tetapi, apabila harga emas turun di bawah US$2.800, maka investor perlu berhati-hati.
Dia juga melihat, apabila emas tahun ini masih mencetak kenaikan harga, maka kenaikannya akan lebih terbatas. Adapun, salah satu sentimen yang dapat mengerek harga emas lagi adalah potensi terjadinya perang yang besar.
"Kecuali mungkin nanti ada perang yang sangat besar. Harga emas rasanya akan sulit untuk menembus US$3.500 lagi," tuturnya.
Dengan kondisi harga emas yang berada pada level di atas US$3.000 per troy ons, Martha memperkirakan pertumbuhan kinerja dari emiten emas akan tetap terjadi secara kuartalan ataupun secara tahunan.
Meskipun demikian, dia memperkirakan pertumbuhan dari emiten emas ke depannya tidak akan secepat saat ini karena pasar telah melihat titik atas harga emas pada level US$3.500 per troy ons.
Martha menuturkan secara umum rekomendasi untuk emiten-emiten emas adalah buy on weakness. Sementara itu, untuk saham-saham emas pilihan dari Mirae Asset Sekuritas saat ini adalah ANTM dan HRTA.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.