Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melesat pada perdagangan Selasa (6/5/2025), didorong oleh gelombang pembelian dari pasar China pasca-libur Hari Buruh serta kekhawatiran pasar atas potensi tarif baru Amerika Serikat terhadap produk farmasi.
Investor kini mengalihkan fokus mereka ke hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve yang akan diumumkan Rabu waktu setempat.
Melansir Reuters, Rabu (7/5/2025), harga emas di pasar spot menguat 2,4% menjadi US$3.413,29 per troy ounce, tertinggi sejak 22 April saat mencetak rekor US$3.500,05 per ons. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup naik 3% menjadi US$3.422,80 per troy ounce.
Pasar China—konsumen emas terbesar dunia—baru saja kembali aktif usai libur panjang Hari Buruh 1–5 Mei.
"Pasar bullish kali ini didorong oleh lonjakan minat investasi emas di Tiongkok serta aksi beli dari bank-bank sentral yang berusaha mengurangi eksposur terhadap aset-aset AS, terutama dolar," ujar Direktur Riset BullionVault Adrian Ash.
Melemahnya dolar, yang terjadi akibat kekecewaan investor atas lambannya kesepakatan dagang AS, turut membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga
Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian, emas telah mencatatkan beberapa rekor sepanjang tahun ini, seiring meningkatnya kegelisahan pasar terkait kebijakan tarif.
Presiden AS Donald Trump pada Senin mengisyaratkan rencana mengenakan tarif baru terhadap produk farmasi dalam dua pekan ke depan. Sehari sebelumnya, ia mengumumkan tarif 100% untuk film asing.
Menurut Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, meningkatnya keterlibatan spekulan di pasar Tiongkok dan rendahnya kepemilikan emas di Barat akan menjadi pendorong utama harga emas ke depan.
"Meski dinilai overbought, emas masih sangat under-owned di Barat—dua hal ini bisa menopang harga lebih tinggi lagi," ujarnya. Ia memprediksi harga emas berpeluang menembus US$4.000 per ons tahun ini.
Pasar kini menanti keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pada Rabu, dengan pidato Ketua Jerome Powell yang dinanti sebagai petunjuk arah suku bunga ke depan.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas yang tidak menghasilkan imbal hasil.