Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir pada perdagangan Jumat dan mencatat pelemahan mingguan kedua berturut-turut.
Pelemahan ini terjadi seiring meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kuatnya data ketenagakerjaan AS yang mengurangi permintaan aset lindung nilai.
Melansir Reuters, Sabtu (3/5/2025), harga emas berjangka Comex ditutup menguat 0,47% ke level US$3.225 per troy ounce. Dalam sepekan terakhir, harga emas Comex melemah 1,74%.
Sementara itu, harga emas di pasar spot juga melemah 2,3% dalam sepekan terakhir.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bahwa pemerintah AS berulang kali menyatakan kesiapan untuk berunding terkait tarif, dan menegaskan bahwa Beijing tetap membuka pintu untuk negosiasi.
Analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan level US$3.500 tampaknya akan menjadi batas atas dalam waktu dekat.
Baca Juga
”Terutama jika tercapai kemajuan dalam pembicaraan dagang dan pasar mulai kembali menyukai aset berisiko, menggantikan pesimisme yang muncul sejak isu tarif bergulir,” ujarnya.
Sementara itu, data resmi menunjukkan nonfarm payroll AS menambah 177.000 lapangan kerja bulan lalu, jauh melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 130.000 pekerjaan baru.
Namun, laporan tersebut masih bersifat historis dan belum mencerminkan dampak dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang fluktuatif.
Pascarilis data tersebut, para pelaku pasar mulai mengurangi spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga secepatnya pada Juni mendatang.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga meningkat. Kondisi ini membuat emas—yang tidak memberikan imbal hasil—kurang dilirik oleh investor.
“Dengan permintaan aset aman yang mulai surut, harga emas berpotensi turun lebih dalam dan menguji level support di kisaran $3.200,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com.