Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mengantongi lonjakan laba bersih pada kuartal I/2025 sebesar 251,87% year-on-year (YoY) menjadi US$21,79 juta dari US$6,19 juta pada kuartal I/2024. Lonjakan itu didorong oleh keuntungan atas pengakuan nilai wajar aset derivatif.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025, INCO membukukan pendapatan US$206,52 juta pada kuartal I/2025. Capaian itu menurun 10,18% YoY dari US$229,93 juta pada kuartal I/2024.
Pendapatan INCO berasal dari produk nikel matte US$203,99 juta dan bijih nikel US$2,53 juta. INCO mengirimkan 17.096 ton nikel matte dengan harga rata-rata yang direalisasikan pada kuartal I/2025 sebesar US$11.932 per ton.
Harga rata-rata nikel itu lebih rendah masing-masing sebesar 5% dan 6% dibandingkan dengan harga pada kuartal IV/2024 dan kuartal I/2024.
Secara volume, capaian produksi nikel dalam matte INCO sebesar 17.027 metrik ton pada kuartal I/2025 atau turun 6,43% YoY dari 18.199 ton pada 3 bulan pertama 2024.
Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur dan Chief Operation and Infrastructure Officer Vale Indonesia, menjelaskan hal itu utamanya disebabkan oleh penghentian secara tak terduga salah satu tanur listrik, yang disebabkan oleh masalah dalam sistem elektroda.
“Kami sekaligus memanfaatkan kesempatan ini untuk mempercepat jadwal pemeliharaan dari triwulan III/2024 ke triwulan I/2025, sehingga kami dapat menyelaraskan operasi kami dengan lebih baik pada triwulan-triwulan selanjutnya,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/4/2025).
Meskipun menghadapi tantangan itu, lanjutnya, INCO telah mengimplementasikan langkah-langkah strategis untuk menjaga produksi tetap pada jalurnya.
“Kami tetap berkomitmen pada inovasi dan keunggulan serta menantikan peluang yang lebih baik di masa mendatang," kata Abu Ashar.
Selain penjualan nikel matte, untuk pertama kalinya INCO menjual sekitar 80.000 ton bijih saprolit secara komersial kepada pembeli domestik. Langkah itu menandai diversifikasi sumber pendapatan INCO dan prospek pertumbuhan yang positif bagi operasi perusahaan.
Jumlah penjualan bijih saprolit INCO berpotensi meningkat secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu menyusul persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) INCO pada akhir 2024, sebagai bagian dari 290.000 ton yang ditargetkan dapat selesai pada paruh pertama 2025.
Di sisi biaya dan beban perusahaan, INCO mencatat penurunan beban pokok pendapatan dari US$209,84 juta pada kuartal I/2024 menjadi US$187,01 juta pada kuartal I/2025. Beban usaha INCO tercatat US$7,9 juta dan beban lainnya US$2,93 juta.
“Selain mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang lebih rendah, Perseroan terus berfokus pada peningkatan efisiensi melalui penerapan strategi pengadaan material skala besar yang mana hasil positifnya telah tecermin pada triwulan ini.”
Berkat upaya berkelanjutan dalam mengelola biaya, lanjutnya, INCO mencatat EBITDA sebesar US$51,7 juta pada kuartal I/2025. Jumlah itu sedikit lebih rendah dari EBITDA kuartal I/2024 sebesar US$54,1 juta.
“Terutama karena harga nikel rata-rata yang lebih rendah. Meskipun demikian, kami berhasil mencapai laba positif sebesar US$21,8 juta pada triwulan ini,” paparnya.
Apabila ditelisik, kenaikan laba INCO yang signifikan didorong oleh keuntungan atas pengakuan nilai wajar aset derivatif sebesar US$16,67 juta pada kuartal I/2025 dari kerugian US$12,88 juta pada kuartal I/2024.