Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dharma Polimetal (DRMA) Incar Pertumbuhan Laba 10% Tahun Ini

PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) menargetkan pertumbuhan laba serta pendapatan sebesar 10% pada 2025.
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten komponen otomotif besutan konglomerat TP Rachmat PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) menargetkan pertumbuhan laba serta pendapatan sebesar 10% pada 2025. Sejumlah strategi pun disiapkan guna mencapai target tersebut. 

Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso mengatakan bisnis otomotif pada awal tahun ini memang sedang dalam tantangan. Penjualan kendaraan, terutama mobil, masih mengalami tren lesu pada awal 2025.

Di tengah tantangan tersebut, perseroan berharap laba serta pendapatan bisa bertumbuh di angka 10% pada 2025. Sejumlah strategi pun disiapkan oleh DRMA misalnya lewat efisiensi dan produktifitas.

"Kami hilangkan pemborosan-pemborosan, baik di operasional dan di luar operasional. Itu yang akan dijalankan tahun ini," ujar Irianto, Selasa (22/4/2025).

Strategi lainnya dilakukan DRMA dengan mengembangkan inovasi produk. Irianto menunjukkan perseroannya kini juga menyasar model-model produk komponen otomotif baru. Adapun, saat ini DRMA tengah dalam negosiasi dengan pelanggan baru yang sedang melakukan audit terhadap perseroan.

Selain itu, DRMA mengembangkan produk di luar komponen otomotif atau diversifikasi. Salah satu produk yang menjadi sasaran DRMA adalah battery energy storage system. Komponen tersebut dibutuhkan di panel surya atau solar panel.

Saat ini, DRMA sudah memproduksi battery energy storage system untuk disuplai ke salah satu pengembang perumahan.

Berdasarkan data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per kuartal I/2025, penjualan mobil wholesales turun 4,7% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 205.160 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 215.250 unit. 

Penjualan mobil secara ritel susut 8,9% yoy menjadi 210.483 unit, dibandingkan tiga bulan pertama 2024 sebanyak 231.027 unit.

Kondisi global dengan adanya kebijakan tarif impor AS dan tarif resiprokal (resiprocal tariff) juga menjadi tantangan bagi industri otomotif termasuk DRMA. Apalagi, DRMA merupakan eksportir produk komponen otomotif ke AS.

Berdasarkan Laporan Keuangan, DRMA membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp579,28 miliar, susut 5,3% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp611,75 miliar.

Penyusutan laba terjadi seiring dengan turunnya penjualan DRMA 0,72% yoy menjadi Rp5,5 triliun pada 2024, dibandingkan Rp5,54 triliun pada 2023.

Segmen kendaraan roda dua (2W) menjadi kontributor utama penjualan DRMA yang mencapai Rp3,3 triliun, meningkat 11,9% yoy. Pertumbuhan segmen kendaraan roda dua DRMA sejalan dengan total penjualan sepeda motor nasional yang naik sebesar 1,5%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper