Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) membukukan marketing sales sebesar Rp877 miliar sepanjang kuartal I/2025. Pergerakan sahamnya diperkirakan tersengat.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh, dalam riset terbarunya, menyampaikan perolehan marketing sales atau prapenjualan SMRA melemah 49% secara kuartalan, tetapi menguat 8% secara tahunan (year on year/YoY).
“Capaian tersebut di bawah estimasi kami yang sebesar Rp4,54 triliun atau 19% dari proyeksi 2025 maupun target perusahaan sebesar Rp5 triliun [18%],” ujarnya dalam riset terbaru yang dikutip pada Selasa (22/4/2025).
Menurut Ismail, hampir semua proyek utama mencatat pencapaian yang lebih rendah dari perkiraan, kecuali Serpong dan Crown Gading. Adapun, raihan kuartal I/2025 itu juga berada di bawah rerata historis perusahaan yang mencapai 21%.
Hari kerja yang sedikit pada kuartal I/2025 dinilai karena ada momen libur Lebaran dan penurunan kepercayaan konsumen. Ismail menunjukkan bahwa komposisi produk kali ini didominasi oleh rumah tapak yang berkontribusi 76%, meskipun pertumbuhannya melambat 2% YoY.
Kendati demikian, segmen ruko memberikan kontribusi signifikan terhadap prapenjualan SMRA pada kuartal I/2025 dengan kontribusi 22% dari total marketing sales. Kontribusi itu meningkat dari level 10% sepanjang tahun lalu.
“Capaian itu didorong oleh peluncuran City Hub Commercial di Serpong dan Centeria Square di Bogor yang dilakukan pada akhir Maret 2025,” kata Ismail.
Sementara itu, komposisi metode pembayaran masih didominasi oleh kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 45%, diikuti oleh cicilan tunai sebesar 40%
Bisnis.com sudah mengonfirmasi data tersebut kepada manajemen SMRA. Namun, hingga berita ini diterbitkan, pihak manajemen belum memberikan tanggapan.
BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi beli untuk saham SMRA dengan target harga berbasis revalued net asset value (RNAV) sebesar Rp800 per saham. Level tersebut mencerminkan diskon sebesar 79%.
“Kami melihat prospek jangka panjang SMRA berasal dari bauran harga Rp1–Rp5 miliar, yang menyasar permintaan end-user entry-level untuk rumah tapak di wilayah Jabodetabek. Perusahaan juga memiliki sumber pendapatan berulang yang kuat, berkontribusi sekitar 42% terhadap pendapatan pada 2025,” tutur Ismail.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.