Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Tembus US$3.500 per Ons, Cek Proyeksi Harga Saham ANTM dan HRTA

Harga emas dunia terus mencetak rekor tertinggi baru. Hal ini diperkirakan menjadi katalis positif bagi saham berbasis emas, seperti ANTM dan HRTA.
Batangan emas di Oegussa GmbH, unit Umicore SA, di Wina, Austria. Bloomberg/Lisi Niesner
Batangan emas di Oegussa GmbH, unit Umicore SA, di Wina, Austria. Bloomberg/Lisi Niesner

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dunia terus mencetak rekor tertinggi baru, menembus US$3.500 per ons pada April 2025. Lonjakan harga ini diperkirakan belum akan berhenti, dengan proyeksi menyentuh US$4.000 per ons pada 2026. 

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan bahwa perkiraan itu seiring dengan ketegangan geopolitik global, kebijakan moneter dovish, dan tingginya permintaan dari Asia dan bank sentral dunia.

“Kenaikan harga emas didorong oleh lonjakan permintaan sebagai aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik global, terutama konflik Iran-Israel, Ukraina, dan kekhawatiran soal Taiwan,” ujarnya dalam laporan terbaru, Senin (22/4/2025). 

Selain itu, arah kebijakan moneter yang mulai melunak di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang juga turut menopang harga emas dunia saat ini. 

Liza juga menuturkan Donald Trump bahkan telah menekan The Fed untuk segera memangkas suku bunga dengan menyindir Jerome Powell sebagai 'Mr. Too Late'. 

“Menurunnya suku bunga riil akan memengaruhi nilai dolar AS, yang pada gilirannya memberikan keuntungan bagi harga emas yang lebih tinggi,” ucapnya. 

Sebagaimana diketahui, emas sangat sensitif terhadap imbal hasil riil sehingga ketika yield obligasi riil turun, komoditas ini menjadi pilihan investasi yang lebih menarik.

Di tengah kondisi bullish saat ini, Liza memandang bahwa beberapa emiten emas di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki potensi untuk mendapat sentimen positif. 

Kiwoom Sekuritas menjatuhkan pilihannya kepada PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) sebagai top picks dalam jangka pendek, didorong lonjakan permintaan domestik serta produk emas jadi. 

Liza menyatakan bahwa katalis positif ANTM mencakup harga emas Antam yang kini sudah mencapai Rp2 juta per gram atau meningkat 31% year on year (YoY), permintaan emas domestik yang menguat, dan sinergi proyek penghiliran tambang. 

Pattern bullish-reversal terakhir inverted head & shoulders membuka jalan penguatan bagi ANTM menuju target Rp2.440 hingga Rp2.500, sejalan dengan resistance tren jangka panjang yang ditarik dari puncak kuartal IV/2021,” ujarnya. 

Meski demikian, dia menuturkan bahwa melihat laju kenaikan yang semakin curam saat ini, investor disarankan untuk membatasi pembelian dan mulai menyiapkan strategi trailing stop ketika harga sudah mendekati level Rp2.250 per saham. 

Area support ANTM berada di kisaran Rp2.000 - Rp1.750, sementara area resistance diperkirakan berada di antara Rp2.250–Rp2.350 dan dapat berlanjut hingga Rp2.500.

Sementara itu, HRTA diproyeksikan meraih katalis positif dari tren harga emas yang tinggi sehingga mendorong nilai inventori, perluasan pasar domestik dan strategi e-commerce yang makin agresif, serta produk digital berbasis logam mulia emas. 

“Risikonya, margin bisa tertekan bila harga bahan baku naik terlalu cepat dan tidak diikuti dengan penyesuaian harga jual,” ucap Liza. 

Secara teknikal, HRTA saat ini bergerak dalam pola rising wedge dan telah menyentuh area resistance atau target teknikal di kisaran level Rp640 per saham, yang juga diikuti oleh sinyal negative divergence pada indikator RSI.

Dalam kondisi seperti ini, Liza menyarankan investor untuk mulai menetapkan trailing stop dan mempertimbangkan untuk mengurangi sebagian posisi (sell on strength), sembari mempertahankan sisa posisi selama harga masih bergerak di atas support rata-rata pergerakan MA10 yang saat ini berada di Rp560. 

Adapun, area support teknikal untuk saham HRTA berada di kisaran Rp585–Rp560 dan Rp530, sedangkan resistance berada di area Rp640–Rp645 per saham. 

 

_____________________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper