Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan rawan pelemahan ke kisaran 6.370-6.400 pada perdagangan hari ini, Selasa (22/4/2025).
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan bahwa secara teknikal, Stochastic RSI cenderung membentuk death cross pada overbought area.
Dia mengatakan bahwa pelemahan mayoritas indeks di Wall Street dan Eropa kemarin, Senin (21/4/2025) menambah sentimen negatif secara psikologis.
"Tekanan pada IHSG juga berasal dari sikap wait and see pelaku pasar terhadap perkembangan negosiasi [tarif] antara Indonesia dengan AS," katanya dalam riset, Selasa (22/4/2025).
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa China memperingatkan potensi aksi balasan terhadap negara-negara yang yang bekerja sama dengan AS untuk membatasi perdagangan dengan China.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump juga kembali mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga acuan.
Baca Juga
Kepala The Fed, Jerome Powell dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa kebijakan moneter The Fed tidak dapat berdasarkan tekanan politik, tetapi berdasarkan dari data ekonomi.
"Hal ini mengindikasikan ketegangan di antara keduanya dan memicu peningkatan uncertainty risk, khususnya dari sisi arah kebijakan moneter The Fed," ujarnya.
Sementara itu, Powell sebelumnya menyatakan kekhawatiran lonjakan inflasi dampak dari kebijakan tarif yang mempersempit ruang pemangkasan suku bunga acuan The Fed.
Merespon ketegangan tersebut, USD Index sempat melemah ke 97.92, level terendah sejak Maret 2022. USD Index akhirnya ditutup ke level 98.35 atau melemah 1,06% pada Senin (21/4/2025).
Adapun bersamaan dengan hal tersebut, US 10 year bond yield naik 8 bps ke 4,4% pada Senin (21/4/2025). Investor terindikasi meningkatkan kepemilikannya pada instrumen safe haven, khususnya emas.
Harga emas menguat hingga 2,91% ke level US$3.425/troy ounce, dengan demikian, harga emas telah menguat sekitar 30% secara year to date (ytd).
Kemudian untuk perdagangan hari ini, saham-saham pilihan yang direkomendasikan oleh Phintraco Sekuritas meliputi KLBF, ASII, UNTR, BUKA, dan INDF.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.