Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek IHSG Pekan Depan Pasca Libur Lebaran, Kena Hantam Tarif Impor Trump?

Kebijakan tarif impor Donald Trump menyebabkan volatilitas tinggi di pasar saham, diyakini akan berdampak ke IHSG setelah libur panjang.
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan akan mengalami tekanan pada perdagangan pekan depan setelah libur lebaran. Tekanan datang dari global, seiring dengan telah diresmikannya kebijakan tarif impor AS oleh Presiden Donald Trump. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mengalami penguatan 0,59% ke level 6.510,62 pada perdagangan sebelum libur Lebaran, Kamis (27/3/2025). Namun, IHSG mengalami pelemahan 8,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sepanjang kuartal I/2025.

IHSG kemudian akan memulai perjalanannya kembali pada kuartal II/2025 selepas libur Lebaran pekan depan. BEI akan membuka kembali perdagangan saham pada Selasa, 8 April 2025.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pergerakan IHSG pada perdagangan pekan depan selepas libur Lebaran diproyeksikan akan bergerak volatil dipengaruhi oleh faktor global, yakni kebijakan tarif Trump

Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.

"Kebijakan Trump menyebabkan volatilitas pasar saham kencang, berdampak juga ke IHSG," ujar Nafan kepada Bisnis pada Minggu (6/4/2025).

Terlepas demikian, pergerakan Bursa global patut diamati terlebih dahulu. Apabila sentimen negatif kebijakan Trump masih kuat, tentunya ini juga akan memberikan implikasi peningkatan volatilitas IHSG pada Selasa, 8 April 2025. 

Bahkan, menurutnya wajar apabila pasar akan khawatir kinerja jeblok IHSG pekan depan sampai pada kemungkinan adanya trading halt kembali. 

Pada bulan lalu sebelum libur Lebaran, IHSG memang sempat ambles 6,12% ke level 6.076,08 dalam sesi I perdagangan Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, pertama kalinya sejak 2020.

Selain kebijakan Trump, data ketenagakerjaan di AS pun memberikan dampak positif terhadap penguatan indeks dolar AS. Dengan demikian, nilai tukar rupiah ambruk di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) ke level Rp17.006 per dolar AS.

Adapun, menurut Nafan semua sektor saham akan mengalami pelemahan. "Semua sektor akan volatil. Disarankan ke semua investor mencermati kinerja fundamental, terutama emiten yang menerapkan good corporate governance yang baik, karena langkah itu akan membuat emiten mampu menghadapi tantangan dinamika global yang terjadi," ujar Nafan.

Sebelumnya, Analis BRI Danareksa Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 5.900—6.700 pada kuartal II/2025. “Karena sebagian besar skenario pesimistis telah diperhitungkan, meskipun risiko masih ada akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam riset.

Erindra dan Wilastita menuturkan bahwa saat ini IHSG diperdagangkan pada price earnings ratio (PER) 11,4 kali dengan spread imbal hasil sebesar 154bps dibandingkan dengan yield obligasi 10 tahun, level terlebar sejak Juni 2012. 

Di sisi lain, meskipun kondisi pasar mengingatkan pada situasi pada 2015, ketika pertumbuhan ekonomi dan EPS melambat serta defisit fiskal melebar, masih terdapat faktor positif berupa neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat.  

Selain itu, kepemilikan asing di pasar saham yang kini sebesar 17% juga masih lebih tinggi dibandingkan level terendah 2020—2021 yang mencapai 12%. Untuk 2025, BRI Danareksa Sekuritas memangkas target IHSG menjadi 7.350 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 7.850. 

Penyesuaian target IHSG itu dilakukan seiring dengan prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi, serta kinerja emiten yang berada di bawah ekspektasi. 

Menurut keduanya, minimnya katalis pertumbuhan membuat laba per saham (earnings per share/EPS) diperkirakan melemah pada kuartal II/2025. Akibatnya, estimasi pertumbuhan EPS tahun ini dipangkas dari 6,5% menjadi 4,5%.

“Dengan mempertimbangkan revisi estimasi pertumbuhan EPS dan ekspektasi pertumbuhan yang lebih konservatif, kami menyesuaikan target IHSG akhir 2025 menjadi 7.350,” paparnya. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper