Bisnis.com, JAKARTA — PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyatakan memiliki strategi dalam menghadapi pelemahan rupiah yang terjadi saat ini, salah satunya mengurangi ketergantungan impor.
Direktur Utama PRDA Dewi Muliaty mengatakan bahwa terdapat tiga strategi yang disiapkan perseroan untuk menghadapi rupiah yang melemah.
Pertama, memperkuat rantai pasok reagen dan alat kesehatan produksi lokal melalui PT Prodia Diagnostic Line (Proline) yang telah terjamin dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%–60%.
"Dengan Proline, perseroan dapat mengurangi ketergantungan impor [alat kesehatan]," katanya kepada Bisnis, Kamis (27/3/2025).
Kedua, dia mengatakan bahwa sebagian besar alat kesehatan diperoleh dari distributor dalam negeri dengan transaksi dalam rupiah untuk menghindari risiko fluktuasi nilai tukar.
Ketiga, dia menjelaskan bahwa perseroan melakukan negosiasi ulang dengan vendor apabila ada penyesuaian harga, mencari alternatif pemasok, serta mengoptimalkan rantai pasok dan digitalisasi layanan guna menekan biaya.
Baca Juga
"Dengan strategi tersebut, Prodia memastikan stabilitas bisnis dan pelayanan tetap optimal di tengah pelemahan rupiah," ujarnya.
Lebih lanjut, Dewi menjelaskan bahwa pelemahan rupiah saat ini tidak berdampak signifikan pada harga bahan baku, namun sedikit akan berdampak pada biaya operasional.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa manajemen tetap berupaya mengelola sedemikian rupa agar kinerja keuangan Prodia akan tetap baik pada 2025.
Berdasarkan laporan keuangan, Prodia mengantongi laba bersih Rp270,19 miliar pada 2024 naik 3,97% year-on-year (yoy) dari laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk PRDA pada 2023 sebesar Rp259,87 miliar.
Profitabilitas itu diperoleh dari pendapatan yang mencapai Rp2,25 triliun pada 2024 atau naik tipis dari Rp2,22 triliun pada 2023.
"Ke depan, kami akan terus fokus pada strategi bisnis yang telah disiapkan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ini di antaranya mengoptimalkan upaya edukasi ilmiah untuk meningkatkan tes laboratorium yang lebih kompleks dan khusus [esoterik]," tambahnya.
Seperti diketahui, rupiah sudah melemah menuju ke level terendah sejak krisis 1998. Rupiah sempat anjlok ke level Rp16.640 per dolar AS pada Selasa (25/3/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.