Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Kalbe Farma (KLBF) Jaga Kebugaran Kinerja saat Rupiah Bergejolak

Kalbe Farma (KLBF) meracik serangkaian strategi guna menjaga kinerja tetap bugar di tengah risiko melambungnya harga bahan baku obat akibat depresiasi rupiah.
gedung Kalbe Farma/instagram kalbefarma
gedung Kalbe Farma/instagram kalbefarma

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menyatakan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini berisiko memberi tekanan terhadap kinerja keuangan perseroan. Hal itu lantaran mayoritas bahan baku obat masih diperoleh dari aktifitas impor.

Corporate External Communication PT Kalbe Farma Tbk. Hari Nugroho mengatakan bahwa perseroan masih melakukan impor untuk bahan baku obat sekitar 60%-70%.

"Saat ini sebagian besar bahan baku, terutama active pharma ingredients dan skimmed milk, masih harus diimpor akibat keterbatasan suplai bahan baku dalam negeri," katanya kepada Bisnis, Jumat (21/3/2025).

Dia mengatakan bahwa strategi Kalbe Farma untuk menghadapi hal tersebut yakni dengan mendirikan perusahaan JV Global Starway Synergy di Shenzhen-China.

"Saat ini perseroan mulai menggunakan pembayaran dalam mata uang lokal negara impor seperti Renminbi atau Yuan untuk bahan baku obat dari China," ujarnya.

Lebih lanjut, dia juga mengungkap bahwa perseroan juga mencadangkan kas dalam dolar AS sebagai mitigasi fluktuasi nilai tukar rupiah.

Selain itu, dia mengatakan bahwa perseroan tetap berinovasi untuk mencari substitusi bahan baku impor menjadi lokal untuk mengurangi ketergantungan atas pembelian bahan baku impor.

Sementara itu, Hari mengungkap bahwa perseroan juga terus membangun kapabilitas untuk produksi dalam negeri untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai strategi jangka panjang.

"Strategi kenaikan harga akan diterapkan secara selektif dengan memperhatikan kondisi daya beli masyarakat," tambahnya kepada Bisnis.

Untuk diketahui, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah sudah menyentuh level Rp16.501 per dolar AS, pada Jumat (21/3/2025).

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa rupiah masih akan melemah dan diproyeksi berada pada level Rp16.900 per dolar AS hingga akhir 2025.

Dia melihat apabila perang dagang secara global terus terjadi, maka ada kemungkinan besar rupiah akan menyentuh di atas Rp16.700 per dolar AS pada semester I/2025.

"Kalau sudah jebol di atas Rp16.700, untuk naik mendekati level Rp16.800 sampai Rp16.900 pada akhir tahun ini kemungkinan besar akan tercapai," ucapnya.

Selanjutnya, dia melihat bahwa sektor yang akan terdampak negatif dari pelemahan rupiah adalah barang-barang impor.

"Indonesia itu kan masih terus impor, kalau rupiah mengalami pelemahan, tentu harganya akan semakin mahal," tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper