Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.485 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (20/3/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat 0,28% atau 46 poin ke level Rp16.485 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,21% ke posisi 103,64.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,17%, dolar Taiwan menguat 0,09%, won Korea Selatan melemah 0,01%, peso Filipina menguat 0,14%, ringgit Malaysia menguat 0,33%, serta rupee India menguat 0,09%.
Adapun, sejumlah mata yang di Asia lainnya melemah. Dolar Hong Kong melemah 0,01%, dolar Singapura melemah 0,17%, baht Thailand melemah 0,2%, serta yuan China melemah 0,13%.
Dilansir Reuters, Christopher Wong, FX strategist di OCBC megatakan meskipun sentimen membaik, rupiah tetap menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia tahun ini, turun lebih dari 2% terhadap dolar AS.
Faktor pendorongnya adalah karena investor khawatir akan keberlanjutan fiskal dan ketidakpastian seputar rencana belanja ambisius Presiden RI Prabowo Subianto. Selain itu, pergerakan rupiah dipengaruhi spekulasi mundurnya Menteri Keuangan RI Sri Mulyani.
Baca Juga
Christopher juga menilai tensi perang tarif yang meningkat telah menghambat pertumbuhan dan perdagangan global, sekaligus mengikis kepercayaan pasar. Kondisi tersebut telah menekan mata uang Asia menjelang batas waktu tarif timbal balik pada 2 April 2025.
Investor juga mengurangi posisi short pada dolar Singapura dan rupiah ke level terendah sejak 11 Juli 2024 serta 12 Desember 2024.
Sementara, pengamat Forex Ibrahim Assuaibi Ibrahim mengatakan pada perdagangan hari ini, rupiah dipengaruhi sejumlah sentimen. Dari luar negeri, pasar sedikit lega dengan pengumuman suku bunga acuan The Fed yang tidak ada tindakan drastis dalam menghadapi perang dagang. Kemudian, risiko global meningkat setelah Israel melancarkan serangan ke Gaza.
Dari dalam negeri, tercatat defisit APBN Rp31,3 triliun atau 0,13% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun, defisit APBN tahun ini ditargetkan 2,53% terhadap PDB. Defisit terjadi saat belanja lebih tinggi dari pendapatan.
Untuk perdagangan besok, Jumat (21/3/2025) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.470 - Rp16.570 per dolar AS.