Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham-saham emiten lapis kedua yang tergabung dalam indeks small medium cap (SMC) Liquid berkinerja jeblok pada awal tahun ini. Meski begitu, terdapat sejumlah saham yang berkinerja moncer seperti PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX SMC Liquid yang beranggotakan 54 emiten mencatatkan pelemahan 0,75% pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/3/2025), di level 259,72.
IDX SMC Liquid tercatat masih di zona merah, melorot 14,8% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025. IDX SMC Liquid juga menjadi indeks dengan kinerja paling jeblok di pasar saham Indonesia.
Pelemahan IDX SMC Liquid ini didorong oleh sejumlah saham yang menjadi pemberat atau top laggards. Saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) misalnya, telah terkoreksi 29,12% ytd.
Lalu, saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) melorot 37,97% sepanjang 2025, PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) ambrol 31,31% ytd, dan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) turun 36,68% ytd.
Meski begitu, terdapat deretan saham lapis kedua yang berkinerja moncer di tengah tekanan pasar. Dua saham sawit atau crude palm oil (CPO) LSIP dan TAPG misal, terpantau bertenaga di awal 2025. Harga saham LSIP menggeliat 14,87% ytd dan TAPG naik 14,38% ytd.
Baca Juga
Kemudian, saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) naik 11,98% ytd, PT Avia Avian Tbk. (AVIA) naik 2,5% ytd, dan saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) naik 1,79% sepanjang 2025.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan indeks SMC Liquid tahun ini memang sangat tertekan didorong oleh faktor ketidakpastian ekonomi global dan domestik, seperti inflasi tinggi, suku bunga, atau kebijakan moneter yang ketat di Amerika Serikat (AS). Investor juga cenderung memilih posisi aman di saham-saham blue chip atau defensif.
"Akan tetapi kalau dilihat ke depan, indeks SMC Liquid ini masih punya potensi rebound, terutama kalau ada sentimen positif dari perbaikan ekonomi domestik atau global," jelasnya kepada Bisnis pada Jumat (14/3/2025).
Sinyal perbaikan ekonomi tersebut, lanjut Felix, bisal berasal dari pengendalian inflasi, posisi suku bunga yang lebih stabil, hingga aliran dana asing yang kembali masuk ke pasar domestik.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang pro-investasi juga bisa jadi katalis positif untuk saham-saham di indeks SMC Liquid.
"Akan tetapi memang, saat ini volatilitasnya sangat tinggi dan memang dari domestik terkait penurunan penerimaan negara, serta pelebaran defisit anggaran juga intens berpengaruh negatif ke market," ujar Felix.
Felix mengemukakan saham-saham prospektif di indeks SMC Liquid umumnya berasal dari saham-saham dengan fundamental kuat dengan harga yang telah turun terlalu dalam. Beberapa sektor yang potensial di antaranya adalah konsumer, properti, atau energi, tergantung bagaimana pemulihan ekonomi berjalan.
Namun, Felix memberi catatan perlunya analisis yang lebih dalam dari sisi fundamental maupun teknikal untuk rekomendasi saham. Dia berpandangan investor perlu fokus di saham-saham yang memang mempunyai fundamental solid, manajemen yang baik, dan potensi pertumbuhan yang jelas.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai IDX SMC Liquid yang mencakup saham lapis dua menghadapi tekanan signifikan sepanjang tahun berjalan karena sentimen eksternal seperti kemenangan Donald Trump yang memicu ketidakpastian global dan penguatan dolar AS.
"Hal ini mendorong aliran keluar dana asing dari pasar saham, termasuk dari saham-saham lapis dua yang cenderung kurang likuid dibanding saham blue chip," tutur Miftahul kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Ke depan, dalam waktu dekat IDX SMC Liquid juga diproyeksikan masih memiliki kecenderungan dalam tekanan, terutama jika volatilitas pasar global, dan proyeksi suku bunga AS masih tetap tinggi.
Pada 2025, indeks berpotensi bangkit jika ekonomi global stabil, aliran dana asing kembali, dan emiten-emiten lapis dua mencatat pertumbuhan yang solid, terutama yang berorientasi pada sektor domestik.
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan dua saham di IDX SMC Liquid yang prospektif yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) serta PT Map Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA). Rekomendasinya didorong oleh adanya katalis dan proyeksi peningkatan konsumsi domestik. Selain itu, terdapat harapan stabilitas daya beli masyarakat yang dapat mendorong demand dari produk emiten tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.