Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resep BEI Tahan Pelemahan IHSG, Pembaruan Buyback & Tunda Short Selling

BEI mengambil sejumlah langkah untuk menahan laju penurunan IHSG, mulai dari memperbarui aturan buyback saham hingga menunda implementasi short selling.
Dionisio Damara Tonce,Nyoman Ary Wahyudi
Selasa, 4 Maret 2025 | 06:00
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (13/1/2025)./IBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (13/1/2025)./IBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil sejumlah langkah untuk menahan laju penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam diskusi bersama para pelaku pasar, otoritas bursa menyampaikan bakal mengkaji sejumlah opsi seperti pembaruan buyback saham dan menunda implementasi short selling.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mafhum selepas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan untuk menunda penerapan transaksi short selling

Iman menuturkan kondisi pasar saat ini belum mendukung untuk penerapan jenis transaksi tersebut. Kendati, kata Iman, tujuan penyusunan short selling sebelumnya untuk meningkatkan likuiditas pasar. 

“Memang kalau lihat kondisi hari ini memang belum tepat, sehingga diputuskan OJK ada penundaan, kami akan lihat lagi bagaimana kondisi berikutnya,” kata Iman saat konferensi pers di BEI, Jakarta, Senin (3/3/2025).

Di sisi lain, Iman menuturkan, otoritas bursa telah menghimpun minat 27 anggota bursa (AB) yang ingin memfasilitas transaksi short selling tersebut.

Selain itu, dia menambahkan, terdapat 9 AB yang telah masuk proses onboarding untuk transaksi tersebut. Rencanannya, bursa bakal menerapkan transaksi short selling reguler dan intraday short selling bulan depan.

Adapun, bursa menargetkan transaksi short selling yang akan diterapkan dapat menaikan likuiditas bursa 2% hingga 3%.

“Kalaupun [short selling] dilaksanakan hanya pada saham-saham LQ45 berlaku untuk investor ritel domestik saja,” kata Iman.

OJK sebelumnya memutuskan untuk menunda penerapan transaksi short selling dan intraday short selling selepas mendapat masukan dari pelaku pasar modal.  

Selain itu, OJK bersama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mengkaji opsi pembelian kembali saham (buyback) saham tanpa lewat persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

“Dari sisi regulator kami menangkap konsen stakeholder pasar modal pada tekanan IHSG belakangan ini,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi..

IHSG sempat ditutup anjlok 3,31% menjadi menjadi 6.270 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (28/2/2025). Level IHSG tersebut merupakan yang terendah dalam 4 tahun terakhir, sejak 2021.

Di level itu, IHSG sudah jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025. Investor asing pun lari dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell sebesar Rp2,91 triliun pada perdagangan akhir pekan lalu.

Alhasil, sepanjang tahun berjalan atau dalam 2 bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia.

REBOUND TEKNIKAL

Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan pada perdagangan kemarin, analis menilai rebound tersebut masih bersifat teknikal dan belum menandai titik balik tren bearish

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat sebesar 3,97% atau 249,06 poin menuju level 6.519,66 pada perdagangan Senin (3/3/2025). Kenaikan ini menandai rebound indeks setelah 2 hari berturut-turut anjlok. 

“Secara teknikal, pergerakan IHSG ini diperkirakan sebagai teknikal rebound setelah dua hari berturut-turut mencatatkan koreksi yang cukup dalam,” ujar Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana kepada Bisnis, Senin (3/3/2025).

Herditya atau disapa Didit menyatakan bahwa penguatan IHSG sejalan dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), serta penguatan mayoritas bursa global dan regional Asia.

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat 115,50 poin atau 0,70% ke level Rp16.480 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah sebesar 0,30% menuju posisi 107,28.

Sementara itu, mata uang lain di Asia ditutup bervariasi menguat. Won Korea, misalnya, melemah sebesar 0,10% bersama yuan China sebesar 0,19%. Adapun yen Jepang menguat 0,28% dam ringgit Malaysia melemah sebesar 0,09%. 

Namun, Didit mengingatkan bahwa sentimen pemulihan jangka panjang masih belum kuat. Musababnya, belum ada sentimen yang mampu berdampak terhadap IHSG.

“Untuk saat ini, belum ada sentimen yang benar-benar berdampak signifikan pada IHSG. Dari sisi global maupun domestik, kondisinya masih belum mendukung pemulihan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Dia menyatakan bahwa dengan kondisi itu, pelaku pasar disarankan untuk tetap berhati-hati dan lebih memanfaatkan momentum saat ini untuk strategi trading jangka pendek hingga menengah terlebih dahulu.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper