Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Rights Issue Melambat pada 2024, BEI Ungkap Peluang Tahun Ini

Aksi tambah modal lewat jalan rights issue melambat pada 2024. Tahun ini Bursa Efek Indonesia melihat ada peluang aksi rights issue kembali semarak.
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna memberikan paparan saat pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (8/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna memberikan paparan saat pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (8/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi tambah modal lewat jalan memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue mengalami perlambatan pada 2024. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menilai terdapat peluang aksi rights issue kembali ramai tahun ini.

Berdasarkan data BEI, fundraising melalui rights issue pada 2024 mencapai Rp34,41 triliun, turun dari perolehan pada tahun sebelumnya atau 2023 sebesar Rp51,37 triliun. Adapun, sebagian besar penghimpunan dana melalui rights issue setiap tahunnya berasal dari sektor finansial. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan penurunan aksi rights issue dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor kebutuhan dana kondisi pasar dan kondisi perekonomian.

"Pertimbangan dilakukan rights issue pada umumnya didasarkan strategi permodalan perusahaan dengan memperhatikan kondisi pasar," kata Nyoman dalam jawaban tertulis pada Jumat (28/2/2025).

Ia menilai geliat aksi rights issue berpeluang ramai pada tahun ini. Bursa pun menjalankan berbagai dukungan, seperti edukasi dan sosialisasi pengaturan, manfaat, serta prospek pelaksanaan terkait aksi korporasi kepada emiten. 

"Upaya ini bertujuan mendorong perusahaan tercatat agar lebih aktif dalam melakukan aksi korporasi, khususnya rights issue," kata Nyoman.

Selain itu, Bursa bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menyelenggarakan acara yang membahas mengenai perkembangan dan prospek perekonomian Indonesia. 

"Harapannya, kegiatan tersebut dapat meningkatkan keyakinan perusahaan tercatat terhadap outlook ekonomi Indonesia pada 2025, sehingga penghimpunan dana dari rights issue pada 2025 lebih meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya," tutur Nyoman.

Pada tahun ini, BEI sendiri mencatat telah terdapat dua emiten yang menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp470 miliar. Kemudian, masih terdapat tujuh perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI.

Secara rinci, aksi rights issue yang masuk ke dalam pipeline berasal dari sektor basic materials, energi, serta kesehatan. 

Sejumlah emiten sendiri tercatat tengah merencanakan aksi rights issue pada tahun ini. PT Terregra Asia Energy Tbk. (TGRA) misalnya tengah merancang rights issue dengan menerbitkan sekitar 38 miliar lembar saham baru.

Direktur sekaligus Corporate Secretary Terregra Asia Energy Daniel Tagu Dedo menjelaskan tujuan dari rights issue TGRA adalah untuk mendukung rencana ekspansi pembangkit listrik energi terbarukan.

Perseroan akan mengerjakan sejumlah proyek strategis yang telah mendapat power purchase agreement atau PPA dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) serta akuisisi aset operasi. 

“Target kami dalam jangka pendek dalam 5 tahun ini dari 2025 sampai dengan 2030 minimal kapasitas kita 1.000 megawatt [MW],” tuturnya. 

Emiten baja PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) juga berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 12 miliar saham baru lewat rights issue. Perseroan berencana untuk menggunakan dana yang diperoleh dari rights issue antara lain untuk mendanai pengembangan bisnis baja yang menghasilkan produk baja rendah karbon.

Emiten milik Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) juga akan melaksanakan rights issue dengan potensi dana Rp1,27 triliun. Dalam aksi korporasi ini, IATA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20,19 miliar saham Seri B.

Emiten terafiliasi Happy Hapsoro, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) juga mengumumkan rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau skema rights issue dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 3,6 miliar saham baru. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper