Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias Danantara diyakini memberikan sentimen positif terhadap saham-saham BUMN yang berada di bawah naungan lembaga tersebut.
Presiden RI Prabowo Subianto diketahui telah meluncurkan Danantara pada Senin (24/2/2025). Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia ini akan menjadi superholding bagi 7 BUMN dengan total aset yang dikelola mencapai US$900 miliar.
Tujuh BUMN itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan MIND ID.
Danantara nantinya akan memiliki dana investasi awal sebesar US$20 miliar yang bersumber dari realokasi anggaran dan langkah-langkah efisiensi. Pada tahun ini, lembaga baru itu menargetkan peluncuran 15 hingga 20 proyek.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan menyatakan pembentukan Danantara akan sejalan dengan kepentingan investor karena perusahaan terbuka di bawah naungannya dapat mengalami peningkatan efisiensi dan alokasi modal.
“Termasuk potensi untuk dividen yang lebih besar,” ucap Erindra dalam publikasi riset yang diterbitkan pada Selasa (25/2/2025).
Baca Juga
Dia memperkirakan ada potensi kenaikan imbal hasil dividen untuk BMRI, BBNI, dan TLKM masing-masing menjadi 9,6%, 11,2%, serta 7,1% jika rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio naik menjadi 80%.
Dampak lain yang mungkin terjadi adalah percepatan penyelesaian aset bermasalah (non-performing loan/NPL) yang dapat meningkatkan kualitas aset bank-bank BUMN.
Erindra menyatakan bahwa kehadiran BPI Danantara juga diperkirakan mampu mempercepat proses pengambilan keputusan dalam penyertaan modal perusahaan negara, restrukturisasi, dan penghapusan aset.
Di samping itu, dengan aset sebesar US$900 miliar, lembaga ini memungkinkan melakukan investasi jangka panjang, terutama di industri strategis seperti hilirisasi yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia.
Dari sisi risiko, selain tantangan eksekusi, dia menuturkan bahwa kekhawatiran utama investor terhadap Danantara berkaitan dengan tata kelola, khususnya dalam hal struktur pelaporan langsung dan penunjukan pejabatnya.
“Meski demikian, kami percaya dewan pengawas akan membantu memastikan struktur tata kelola yang lebih jelas dan transparansi yang lebih baik,” kata Erindra.
Sebagaimana diketahui, Ketua Dewan Pengawas Danantara dihuni oleh Menteri BUMN Erick Thohir, dengan posisi Wakil Ketua Dewan Pengawas ditempati Muliaman D. Hadad. Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menjadi Anggota Dewan Pengawas.
Di sisi lain, sepanjang 2024, dividen dari 7 BUMN di bawah Danantara mencapai US$5,2 miliar. Jumlah ini mewakili 95% dari total dividen yang diterima pemerintah.
Erindra menuturkan bahwa berdasarkan UU BUMN terbaru, dana itu nantinya akan diinvestasikan untuk meningkatkan nilai aset, bukan langsung disetorkan ke kas negara. Apalagi, fitur utama UU BUMN terkini mencakup kerugian investasi akibat keputusan bisnis yang sehat tidak lagi dikategorikan sebagai kerugian negara.
“Hal tersebut memungkinkan Danantara dan BUMN untuk beroperasi lebih fleksibel, memperluas pendanaan non-negara, serta membangun kemitraan strategis untuk proyek-proyek besar,” ungkap Erindra.
BRI Danareksa lantas mempertahankan rekomendasi beli untuk emiten BUMN di belakang Danantara. Saham BMRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp5.900, BBNI memiliki target Rp5.100, dan TLKM mencapai Rp3.680.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.