Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menjadi topik hangat perbincangan publik, terutama di media sosial, akhir-akhir ini. Terpantau terdapat pertentangan dari masyarakat mengenai pembentukan lembaga baru itu.
Beberapa alasan publik menentang pendirian Danantara di antaranya kekhawatiran pengelolaan badan yang digadang-gadang mengelola aset tujuh perusahaan milik negara atau BUMN hingga Rp14.715 triliun. Bayang-bayang skandal badan investasi Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB) juga menjadi alasan warganet menyangsikan pembentukan Danantara.
Di tengah pertentangan publik itu, Presiden Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri, pejabat negara, dan pengusaha untuk makan siang di Istana Kepresidenan pada Jumat (21/2/2025). Salah satu yang dibahas adalah mengenai Danantara.
Sebagaimana diketahui, BPI Danantara rencananya akan diluncurkan pada awal pekan depan, Senin (24/2/2025). Presiden pun telah melantik sejumlah pejabat Danantara ketika awal-awal masa jabatannya yakni Oktober 2024.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Prabowo saat berbicara sebagai keynote speaker di forum internasional World Government Summit secara daring di Dubai pada Kamis (13/2/2025).
"Danantara, yang akan diluncurkan pada 24 Februari ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kami ke dalam proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain," ujarnya dalam forum itu.
Salah satu menteri dan pejabat negara yang terlihat hadir saat itu yaitu Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Marurar Sirait. Pria yang akrab disapa Ara itu mengaku bahwa tamu makan siang Presiden pada Jumat lalu turut membicarakan soal Danantara.
"Ada [membicarakan soal Danantara, red], tapi saya no comment. Jadi, tunggu tanggal 24 [Februari, red]," ungkap Ara kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenanm, Jakarta, Jumat (21/2/2025).
Di sisi lain, Ara mengungkap salah satu pihak yang hadir di pertemuan Presiden siang ini adalah Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) sekaligus Founding Partner AC Ventures, Pandu Sjahrir.
Meski demikian, Pandu tidak mengakui adanya pembicaraan soal Danantara dengan Presiden saat makan siang. Dia turut membantah isu yang beredar bahwa dirinya akan mendapatkan jabatan di BPI Danantara.
"Enggak jadi apa-apa," ungkap Pandu kepada wartawan sambil berjalan ke mobilnya. Adapun Pandu mengakui bahwa agenda yang dihadirinya itu turut dihadiri sejumlah anggota Kabinet Merah Putih, di antaranya Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani.
Nama Pandu juga banyak dibahas oleh warganet saat isu Danantara mencuat. Sejumlah pihak menyoroti kabar Pandu akan mendapatkan jabatan di Danantara dan hubungannya sebagai keponakan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.
Pada kesempatan berbeda, Luhut menegaskan Danantara tidak akan dikelola oleh orang-orang yang hanya 'titip nama' atau direkomendasikan oleh pihak tertentu, karena ini dijalankan oleh perusahaan profesional.
Adapun, Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), memandang bahwa tantangan utama Danantara ke depan terletak pada pengelolaan internal. Menurutnya, untuk memastikan keberhasilan, Danantara harus dipimpin oleh individu dengan jam terbang tinggi.
Di samping itu, integritas dan profesionalisme menjadi faktor krusial dalam menjaga tata kelola. Toto turut menyoroti bahwa faktor terpenting adalah memastikan para pengelola Danantara terbebas dari kepentingan politik ataupun pihak-pihak tertentu, yang dapat memengaruhi keputusan strategis superholding.
“Jika semua persyaratan ini dapat dipenuhi, maka tata kelola Danantara dapat berjalan dengan baik dan tetap netral, sehingga mampu berkontribusi secara optimal terhadap perekonomian Indonesia,” ucap Toto.