Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi baru terbarukan (EBT), PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN) menargetkan laba bersih mencapai US$11 juta atau sekitar Rp179,9 miliar (asumsi kurs Rp16.355 per dolar AS) tahun ini.
Direktur Utama KEEN Wilson Maknawi mengatakan target laba bersih itu bakal ditopang dengan pendapatan sepanjang 2025 di level US$35,5 juta atau sekitar Rp580,6 miliar.
Wilson menuturkan pendorong pendapatan tahun ini sebagian besar dari pendapatan kontruksi dari proyek pembangkit listrik minihidro Salu Noling di Luwu Selatan. Proyek ini memiliki kapasitas setrum sebesar 10 megawatt (MW).
“Sebagian besar dari pendapatan kontruksi proyek yang sedang kami bangun yaitu proyek 10 MW Salu Noling,” kata Wilson saat dihubungi, Kamis (13/2/2025).
Selain itu, Wilson membeberkan, perseroannya tengah melakukan tender untuk sejumlah proyek, dengan kapasitas total lebih dari 100 MW.
Di sisi lain, dia mengatakan, KEEN turut membuka peluang untuk akuisisi sejumlah proyek yang belum beroperasi saat ini, termasuk mengkaji kesempatan lelang yang dibuka PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Baca Juga
“Untuk tahun 2025 pembiayaan proyek direncanakan dari ekuitas sendiri dan juga dari utang, kami belum ada kebutuhan untuk private placement, obligasi atau right issue,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah analis menilai pergerakan harga saham emiten berbasis pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) cenderung terbatas sampai awal tahun ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan pergerakan saham yang relatif terbatas itu disebabkan karena capaian laba yang relatif kecil dari sektor ini.
“Kalau dilihat profitabilitasnya masih minim dan cenderung berfluktuasi,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho saat dihubungi Bisnis, Rabu (12/2/2025).
Apalagi, kata Adityo, lokasi PLTMH cenderung sulit untuk diakses. Situasi itu, menurut dia, membuat pertumbuhan eksponensial menjadi terbatas pada emiten berbasis minihidro tersebut.
Kendati demikian, dia berpendapat, emiten PLTMH memiliki prospek jangka panjang yang menarik di tengah masa transisi energi mendatang.
Selain itu, Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan pergerakan sempit saham emiten PLTMH turut dipengaruhi oleh likuiditas di pasar yang masih rendah.
“Pasar masih melihat prospek pertumbuhan EBT belum sesuai ekpektasi pasar baik itu dari sisi kinerja dan target bauran EBT,” kata Sukarno saat dihubungi Bisnis.com.