Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik Tipis Imbas Kekhawatiran Tarif Trump

Harga minyak didukung oleh adanya sanksi baru AS terhadap ekspor minyak mentah Iran, tetapi tercatat melemah sepekan di tengah ketegangan perdagangan.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mengakhiri perdagangan pekan ini dengan kenaikan pada Jumat (7/2/2025) setelah sanksi baru diberlakukan pada ekspor minyak mentah Iran. 

Namun, harga tetap mencatat penurunan selama sepekan karena investor khawatir tentang perang dagang Presiden AS Donald Trump yang kembali terjadi dengan Tiongkok dan ancaman tarif pada negara lain.

Mngutip Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada US$74,66 per barel, naik 37 sen, atau 0,5% dan diperkirakan akan turun lebih dari 2% pekan ini. 

Senada, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada US$71,00 per barel, naik 39 sen, atau 0,55%.

John Kilduff, mitra di Again Capital LLC menilai, laporan tarif yang direncanakan dari pemerintahan Trump menahan kenaikan setelah sanksi diumumkan pada Kamis (6/2/2025). 

Menurut Kilduff minyak WTI yang telah berada di dekat US$70 per barel, tampaknya menjadi dasar kisaran perdagangan. 

"Saya tidak tahu apakah harga minyak cukup rendah untuk presiden, tetapi kita lihat saja nanti," katanya.

Selain itu, Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group mengatakan bahwa para trader juga mengamati pernyataan Trump sepanjang Jumat untuk kemungkinan perubahan dalam kebijakan AS yang dapat mengubah pasar dengan cepat. 

Departemen Keuangan AS mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan mengenakan sanksi baru pada beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengirimkan jutaan barel minyak mentah Iran per tahun ke China, dalam langkah bertahap untuk meningkatkan tekanan pada Teheran.

"Pemberlakuan tarif dan jeda tersebut seharusnya menguntungkan pasar minyak karena menambah ketidakpastian. Namun, respons ini belum terlihat karena kekhawatiran permintaan. Tarif dan respons saling balas dari negara-negara, itu merugikan PDB global dan permintaan minyak," kata Michael Haigh, kepala penelitian komoditas global di Societe Generale. 

Trump telah mengumumkan tarif 10% atas impor China sebagai bagian dari rencana luas untuk meningkatkan neraca perdagangan AS, tetapi menangguhkan rencana untuk mengenakan tarif tinggi pada Meksiko dan Kanada.

"Tekanan negatif berasal dari berita seputar tarif, dengan kekhawatiran atas potensi perang dagang yang memicu kekhawatiran akan melemahnya permintaan minyak," kata analis di BMI. 

Harga minyak turun pada Kamis setelah Trump mengulangi janjinya untuk meningkatkan produksi minyak AS, membuat pedagang gelisah sehari setelah negara itu melaporkan lonjakan persediaan minyak mentah yang jauh lebih besar dari yang diantisipasi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper