Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) bekerja sama dengan anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), Pertagas menjajaki kajian pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau.
Kerja sama itu tertuang dalam joint study agreement bertajuk Penggunaan Listrik dari Panas Bumi untuk Beyond Energy, yang merupakan bagian dari sinergi Pertamina Group dalam mendukung agenda dekarbonisasi.
“Saat ini belum ada pemain dominan di energi hijau, dengan membawa mandat mewujudkan ketahanan energi dan hilirisasi industri, Pertamina berpeluang menjadi pemain utama energi hijau,” kata Corporate Secretary PGEO Kitty Andora lewat keterbukaan informasi, Kamis (6/2/2025).
Penandatanganan joint study agreement ini dihadiri oleh Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) A.Salyadi Saputra, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) Rosa Permata Sari, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Norman Ginting, serta Direktur Utama dan jajaran Direksi PGEO & Pertagas yang berlangsung di Grha Pertamina, Rabu (5/2/2025).
Kitty mengatakan kerja sama itu mencakup pertukaran informasi teknis seperti analisis kondisi operasi, komposisi thermal, elektrolisis serta indentifikasi potensi pasar dan data terkait lainnya.
“Selain itu kedua perusahaan akan berkolaborasi dalam melakukan kajian teknis seperti evaluasi kelayakan proyek dan identifikasi skema penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau dan amonia hijau,” kata Kitty.
Setelah kajian teknis selesai, PGEO dan Pertagas akan melanjutkan studi kelayakan untuk meninjau berbagai aspek proyek, termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat, dan tata waktu implementasi.
Proyek kerja sama ini akan dilaksanakan di wilayah kerja panas bumi (WKP) yang dikelola oleh PGEO, dengan mempertimbangkan lokasi yang memiliki potensi optimal untuk mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau.
Seperti diketahui, PGEO memiliki kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi yang relatif besar. Kapasitas itu mampu menyediakan listrik rendah emisi yang mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau.
Sementara itu, Pertagas sebagai perusahaan infrastruktur penyaluran energi nasional, mengelola 2.930 kilometer pipa transmisi gas di Indonesia. Anak usaha PGAS itu memiliki keahlian dalam pengelolaan infrastruktur energi yang dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan dan distribusi kedua bahan bakar hijau tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.