Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham NCKL Anjlok 43,6% dari Harga IPO, Bos Harita Nickel Buka Suara

Bos Harita Nickel (NCKL) Roy Arman Arfandy bicara soal harga saham yang ambrol 43,6% dari harga saat IPO.
Direksi PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel dalam paparan publik 2023, Kamis (27/6/2024). RUPST NCKL memutuskan membagikan dividen sebesar Rp1,6 triliun. /Bisnis-Artha Adventy
Direksi PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel dalam paparan publik 2023, Kamis (27/6/2024). RUPST NCKL memutuskan membagikan dividen sebesar Rp1,6 triliun. /Bisnis-Artha Adventy

Buyback dilakukan dalam kurun waktu 12 bulan sejak disetujui dalam RUPST pada 27 Juni 2024 lalu. Adapun sumber dana yang digunakan untuk buyback berasal dari dana internal, bukan merupakan hasil penawaran umum atau dana pinjaman dalam bentuk apapun.

Seperti diberitakan sebelumnya, BCA Sekuritas menyematkan rating underweight untuk sektor nikel dalam riset teranyar akhir Januari 2025. Pasar nikel global dianggap masih lesu akibat oversupply.

Analis BCA Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan pandangan underweight itu berasal dari pertimbangan tinginya produksi baja tahan karat di China di tengah permintaan yang melanjutkan tren pelemahan.

Konsekuensinya, terjadi penumpukan stok di sejumlah produsen yang belakangan ikut berdampak pada pasokan NPI di pasar.

“Kami menilai bahwa NPI dan baja tahan karat kini menunjukkan tanda lampu kuning karena ruang untuk perbaikan harga mungkin terbatas jika pasokan NPI terus meningkat, sementara permintaan tetap lemah,” tulis Fariz.

BCA sekuritas menyesuaikan asumsi harga rata-rata LME nikel dan NPI masing-masing, dari US$18.000 per ton dan US$13.327 per ton menjadi sebesar US$17.062 per ton dan US$13.466 per ton sepanjang tahun 2024.

Sementara itu, asumsi harga rata-rata LME nikel untuk tahun 2025 dan 2026 masing masing sebesar US$17.000 per ton, dari semula disematkan di level US$19.000 per ton dan US$20.000 per ton. 

Selanjutnya, BCA Sekuritas mengoreksi harga NPI pada periode 2025 dan 2026 masing-masing ke level US$13.418 per ton, dari semula diproyeksikan mencapai US$14.068 per ton dan US$14.808 per ton.

“Karena sektor ini menunjukkan tanda-tanda lampu kuning dan merah serta belum ada perbaikan signifikan pada permintaan, kami mengubah urutan prioritas kami menjadi ANTM>INCO>NCKL (sebelumnya INCO>NCKL>ANTM),” kata dia.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper