Bisnis.com, JAKARTA — Emiten milik Pemda DKI Jakarta, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJAA) membukukan laba bersih Rp177,79 miliar sepanjang 2024.
Posisi laba bersih itu terkoreksi 24,39% dibandingkan dengan torehan pada 2023 di level Rp235,17 miliar.
Performa bottom line PJAA turut dipengaruhi oleh realisasi pendapatan sepanjang 2024. Berdasarakan laporan keuangan PJAA yang berakhir 31 Desember 2024, emiten pengelola kawasan kreasi itu mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp1,26 triliun, turun tipis dari kinerja pendapatan tahun sebelumnya di angka Rp1,27 triliun.
Sebagian besar pendapatan itu disumbang oleh penjualan tiket yang cenderung menurun dari posisi tahun sebelumnya. PJAA berhasil menghimpun pendapatan tiket sebesar Rp907,18 miliar pada 2024, lebih rendah dari torehan pada 2023 di angka Rp911,66 miliar.
Pendapatan hotel turut mencatatkan penurunan ke level Rp76,84 miliar, daripada torehan sepanjang tahun sebelumnya sebesar Rp88,99 miliar. Sementara pos pendapatan usaha lainnya menyumbang Rp277,59 miliar pada 2024.
Di tengah penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan dan beban langsung pada periode 2024 PJAA memperlihatkan kenaikan. Pos beban ini tercatat membengkak 3,85% menjadi Rp599,12 miliar dibandingkan dengan periode 12 bulan 2023 sebesar Rp576,8 miliar.
Baca Juga
Sebagian eksposur beban itu berasal dari penyusutan dan amortisasi sebesar Rp119,66 miliar yang diikuti dengan beban alih daya, gaji dan tunjangan hingga pajak hiburan.
Setelah dikurangi beban, PJAA mencatat laba bruto untuk periode 2024 sebesar Rp666,773 miliar, lebih rendah dari pencatatan tahun sebelumnya di angka Rp696,95 miliar.
Di sisi lain, jumlah liabilitas PJAA per Desember 2024 sebesar Rp1,85 triliun, lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya di angka Rp2,07 triliun.
Selanjutnya, jumlah ekuitas PJAA sampai akhir tahun 2024 sebesar Rp1,73 triliun relatif tinggi dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya di angka Rp1,66 triliun.
Sementara itu, jumlah aset PJAA sampai akhir 2024 sebesar Rp3,59 triliun, yang berasal dri aset lancar sebesar Rp394,46 miliar dan aset tidak lancar sebesar Rp3,19 triliun.