Bisnis.com, JAKARTA — Donald Trump telah resmi kembali menduduki posisi sebagai Presiden Amerika Serikat usai dilantik pada Senin (20/1/2025) waktu setempat. Dimulainya era Trump Jilid II diproyeksi membawa dampak positif dan negatif terhadap sejumlah sektor yang dapat menjadi preferensi investasi saham.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS diramal akan memberi sengatan positif terhadap beberapa sektor saham.
Menurutnya, saham di sektor infrastruktur, media, dan properti bakal menguat saat pelantikan Trump.
"Saham di sektor-sektor tertentu seperti infrastruktur, media, dan properti bisa mendapatkan sentimen positif karena kebijakan Trump yang pro-bisnis. Namun, secara umum, pasar saham masih bisa mengalami volatilitas," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Dia menjelaskan bahwa saham-saham di sektor infrastruktur, media, dan properti bisa menjadi menarik karena kebijakan Trump yang mendukung pembangunan dan investasi. Selain itu, menurutnya saham-saham bluechips juga bisa menjadi pilihan apabila terjadi koreksi jangka pendek.
Senada, Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto berharap inflasi di AS dapat dikendalikan di bawah kepemimpinan Trump. Situasi itu bakal ikut menurunkan suku bunga lebih cepat yang pada akhirnya menjadi katalis positif untuk pasar saham.
“Jika suku bunga turun, pada dasarnya semua sektor atau saham bluechips bisa naik,” kata Rudiyanto, Jumat (17/1/2025).
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan bahwa sentimen positif akan menyengat saham sektor minyak and gas.
"Mengenai pembatasan pendapatan energi di Rusia yang mana ini sebenarnya bisa positif bagi sektor energi apalagi pada sektor oil and gas,” jelasnya.
Di sisi lain, pihaknya menyarankan agar investor memilih wait and see jelang pelantikan Donald Trump. Pasalnya, ada risiko investor asing keluar menjelang pelantikan Trump.
Dia menjelaskan bahwa pelaku pasar akan sangat menantikan pidato Trump mengenai kebijakan-kebijakannya ke depan baik dari sisi perang dagang serta insentif untuk AS.
"Apabila pidato Trump tidak begitu agresif, ini bisa menjadi sentimen positif bagi saham maupun obligasi," tambahnya.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan bahwa pelantikan Presiden AS biasanya akan berdampak terhadap ekspektasi pasar global.
Menurutnya, apabila kebijakan Trump nantinya berfokus pada peningkatan belanja domestik atau perdagangan internasional, maka dampaknya akan dirasakan oleh emiten sektor ritel yang memiliki eksposur terhadap perdagangan global.
"Dampaknya terhadap sektor ritel di Indonesia mungkin bersifat tidak langsung, lebih pada faktor eksternal seperti perubahan nilai tukar atau tarif impor," katanya, Senin (20/1/2025)
Sementara itu, Felix menyatakan bahwa saham sektor ritel di dalam negeri justru terkena dampak positif dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
"Bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman untuk konsumen berkurang, sehingga daya beli meningkat," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa emiten sektor ritel dapat memanfaatkan suku bunga yang lebih rendah tersebut untuk memperluas bisnis atau melakukan investasi baru.
Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi momentum bagi emiten sektor ritel untuk bertumbuh lebih pesat pada 2025.
Sebelumnya, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menjelaskan pasar saham masih menantikan sentimen yang lebih kuat. Dia pun menyarankan agar investor fokus pada analisis fundamental emiten mulai dari individu hingga sektornya atau bottom up.
“Pada keadaan seperti ini sangat penting bagi investor untuk berfokus pada sektoral saat memasuki 2025,” kata Oki, baru-baru ini.
Oki melanjutkan Mandiri Sekuritas mendorong para investor untuk berkonsentrasi pada area dengan perputaran uang yang akan meningkat di tengah likuiditas ketat.
Menurut Mandiri Sekuritas, kebijakan fiskal Trump seperti pemangkasan pajak dan kenaikan tarif impor barang dan jasa dari luar diperkirakan dapat berdampak terhadap kenaikan inflasi serta perlambatan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Sementara itu, pada kuartal II/2025, Mandiri Sekuritas menjagokan saham sektor perbankan, otomotif, dan ritel.