Bisnis.com, JAKARTA — PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) bakal mengantongi dana Rp405,9 miliar dari hasil divestasi 352,95 juta saham PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) di level harga Rp1.150 per saham.
Divestasi itu dilaksanakan melalui skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) RATU.
Setelah merampungkan bookbuilding dan mendapat izin efektif dari OJK, periode penawaran umum RATU berlangsung pada 2—6 Januari 2025. Perusahaan menargetkan dapat melantai di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2025. IPO tersebut ditangani oleh Henan Putihrai Sekuritas dan Sucor Sekuritas selaku penjamin pelaksana emisi efek.
Dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan Kamis (2/1/2025), Raharja Energi Cepu menyampaikan perseroan menawarkan 543,01 juta saham dalam IPO. Jumlah itu mencakup 190,05 juta saham baru dan 352,95 juta saham yang dijual oleh RAJA.
Total saham IPO Raharja Energi Cepu setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO.
“Harga penawaran umum sebesar Rp1.150 per saham. Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebesar Rp624,46 miliar,” tulis manajemen RATU, Kamis (2/1/2025).
Lebih terperinci, nilai IPO tersebut terdiri atas Rp218,56 miliar hasil penerbitan saham baru dan Rp405,9 miliar masuk kocek RAJA sebagai hasil dari divestasi saham RATU.
Setelah divestasi dan IPO, porsi kepemilikan saham RAJA pada RATU akan turun dari sebelumnya 99,99% menjadi 79,99%. Selain RAJA, saham RATU juga akan dimiliki PT Rukun Prima Sarana sebesar 0,004%, dan masyarakat 20%.
Direktur Utama RAJA Djauhar Maulidi menyampaikan dana yang diperoleh dari IPO dan sisa belanja modal akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan proyek-proyek strategis yang sedang berjalan.
Sejumlah proyek strategis itu, kata Djauhar, meliputi penyelesaian proyek pembangunan pipa BBM Tanjung Batu-Samarinda dan pembangunan fasilitas kompresor gas di Sulawesi Selatan. Selain itu, RAJA turut mengalokasikan dana untuk percepatan studi kelayakan pengembangan LNG Terminal di Provinsi Banten serta LNG Plant di Kalimantan Utara & Papua Barat.
“Hasil studi kelayakan ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk memulai kontruksi proyek-proyek tersebut pada 2025 sampai dengan 2026,” tuturnya dalam keterangan resmi, Senin (30/12/2024).