Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham di sektor energi sepanjang 2024 ini mencatatkan peningkatan harga secara signifikan. Saham-saham tersebut di antaranya seperti saham PTRO milik Prajogo Pangestu hingga saham Grup Sinarmas DSSA.
Berdasarkan data Bloomberg per Senin (23/12/2024), saham PT Petrosea Tbk. (PTRO) menjadi saham di sektor energi dengan kenaikan harga tertinggi sejak awal tahun ini. Saham PTRO sudah naik 384,58% ke harga Rp28.150 sejak awal tahun hingga 23 Desember 2024.
Kenaikan harga yang signifikan ini membuat PTRO melakukan aksi korporasi dengan pemecahan nilai saham atau stock split. PTRO akan melakukan pemecahan saham dengan rasio 1:10.
Artinya, setiap satu saham PTRO yang saat ini memiliki nilai nominal Rp50, dipecah menjadi 10 saham dengan nilai nominal Rp5 per saham. Jumlah saham PTRO akan bertambah dari sebelumnya 1 miliar saham sebelum stock split, menjadi Rp10 miliar saham setelah stock split.
Setelah PTRO, saham energi selanjutnya yang mencatatkan peningkatan harga tertinggi tahun ini adalah saham milik Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA). Saham DSSA meningkat 375,64% ke level Rp35.225 per saham sepanjang tahun ini.
Sebelumnya, DSSA merupakan saham termahal di Bursa dan pernah menyentuh Rp290.000 per saham, sebelum akhirnya melakukan stock split 1:10 pada Juli tahun ini.
Baca Juga
Setelah PTRO dan DSSA, saham energi yang juga mencatatkan kenaikan tertinggi tahun 2024 adalah PT Dwi Guna Laksana Tbk. (DWGL). Bloomberg mencatat saham pemasok batu bara PLN ini telah meningkat 133% sejak awal tahun, ke level Rp276 per saham.
Saham-saham lainnya yang juga mengalami peningkatan signifikan sejak awal tahun ini adalah saham UNIQ naik 118% ke level Rp510, dan saham SURE yang melesat 115% ke level Rp2.350.
Kinerja Saham Emiten Energi
Emiten | Harga Saham | Kenaikan YtD |
PT Petrosea Tbk. (PTRO) | Rp28.150 | 384,58% |
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) | Rp35.225 | 375,64% |
PT Dwi Guna Laksana Tbk. (DWGL) | Rp276 | 133,89% |
PT Ulima Nitra Tbk. (UNIQ) | Rp510 | 118,58% |
PT Super Energy Tbk. (SURE) | Rp2.350 | 115,45% |
PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK) | Rp770 | 114,28% |
PT Rig Tenders Indonesia Tbk. (RIGS) | Rp910 | 113,38% |
PT Sunindo Pratama Tbk. (SUNI) | Rp785 | 105,12% |
PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk. (BESS) | Rp360 | 86% |
PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) | Rp10.250 | 83,69% |
*Harga saham per Senin, 23 Desember 2024.
Di sisi lain, saham-saham energi milik konglomerat seperti Garibaldi 'Boy' Thohir, ADRO menguat 2,4% sejak awal tahun ke level Rp2.540 per Senin (23/12/2024). Lalu BYAN milik Low Tuck Kwong juga telah menguat 2,13% sejak awal tahun ke level Rp20.325 per saham.
Sementara itu, harga saham produsen batu bara terbesar di Indonesia, BUMI juga telah naik 21,05% sejak awal tahun ke level Rp116 per saham.
Adapun, saham di sektor energi dengan penurunan harga terdalam pada 2024 berdasarkan data Bloomberg adalah saham MTFN yang melemah 90% ke level Rp5 per saham, HUMI turun 67,3% ke level Rp50 per saham, dan CNKO yang anjlok 66% ke level Rp18 per saham.
Prospek Emiten Sektor Energi
Saham-saham emiten energi tercatat mengalami kenaikan tinggi sepanjang tahun 2024, terlihat dari kenaikan indeks energi hingga 25,47% sejak awal tahun. Analis menilai, prospek dari emiten di sektor energi pada 2025 diperkirakan akan dipengaruhi oleh permintaan komoditas secara global.
Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan prospek saham-saham sektor energi lebih ditentukan oleh faktor peningkatan permintaan global, sering dengan adanya pemulihan ekonomi global.
"Namun, masalahnya untuk tahun depan juga perkiraan dari pertumbuhan ekonomi global memang relatif stabil, tetapi mengecewakan atau underwhelming," ujar Nafan, Selasa (24/12/2024).
Menurut Nafan, selama pemulihan ekonomi global terjadi, maka permintaan dunia terhadap komoditas juga akan meningkat. Hal ini nantinya akan memberikan katalis positif bagi emiten energi untuk peningkatan average selling price atau harga jual rata-rata.
Yang paling penting, kata dia, emiten-emiten di sektor ini juga aktif menerapkan strategi bisnis seperti memperkuat implementasi proses hilirisasi, dan peralihan ke energi terbarukan.
Di sisi lain, untuk minyak dan gas, menurutnya katalis positif berupa tensi geopolitik akan menyebabkan terjadinya peningkatan efek disrupsi supply chain. Hal ini menurutnya akan mempengaruhi tingkat suplai yang relatif terbatas, meskipun permintaan meningkat.
"Tentunya ini akan berefek pada kenaikan harga komoditas dunia," ujarnya.
Di sisi lain, Nafan juga menuturkan terdapat efek dari kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS yang akan mempengaruhi harga komoditas dunia. Menurut Nafan, Trump telah berkomitmen untuk menggenjot kapasitas maupun kapabilitas produksi minyak dalam negeri AS.
Hal tersebut dilakukan Trump untuk meningkatkan aktivitas industri di AS. Dengan demikian, Nafan memperkirakan pengeboran minyak dari AS akan meningkat tahun depan.
"Memang masih akan relatif fluktuatif untuk sektor migas tahun depan," pungkasnya.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.