Bisnis.com, JAKARTA — Deretan emiten yang menjalankan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) dalam waktu dekat diperkirakan bakal diburu investor. Setidaknya, para penanam modal mengambil langkah berlandaskan pada kinerja perseroan.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan ada 22 calon perusahaan tercatat di dalam daftar tunggu atau pipeline IPO. Perinciannya, 19 perusahaan beraset skala besar atau di atas Rp250 miliar, satu perusahaan aset kecil di bawah Rp50 miliar, dan dua perusahaan aset skala menengah di antara Rp50 miliar—Rp250 miliar.
Ulasan tentang saham-saham IPO yang menarik untuk dicermati pada awal 2025, menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Selasa (24/12/2024):
Perang Bunga Bank Digital Berlanjut
Geliat bank digital dalam menawarkan bunga tinggi untuk menggaet nasabah baru bakal berlanjut tahun depan di tengah persaingan ketat mengamankan likuiditas di era suku bunga tinggi.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah memulai siklus pemangkasan suku bunga acuan pada September 2024. BI mengawali siklus dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) sehingga suku bunga menyentuh 6%.
Namun, prospek bank sentral melanjutkan aksi pemangkasan suku bunga acuan dibebani oleh kemungkinan sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) yang membatasi ruang penurunan suku bunga pada tahun depan. Dengan demikian, kemungkinan era suku bunga tinggi masih bertahan hingga tahun depan.
Berburu Cuan di Saham Pendatang Baru
Dilansir dari data e-IPO, setidaknya ada delapan calon emiten yang sedang dalam proses IPO dan dijadwalkan melantai di Bursa pada awal 2025.
Semuanya adalah PT Asuransi Digital Bersama Tbk. (YOII), PT Kentanix Supra International Tbk. (KSIX), PT Hero Global Investment Tbk. (HGII), PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk. (OBAT), PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC), serta PT Delta Giri Wacana Tbk. (DGWG).
Selain itu, anak usaha PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), yakni RATU dan anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), yakni CBDK pun berencana melantai di Bursa pada awal 2025.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa di antara saham IPO yang menarik pada awal 2025, dua di antaranya adalah CBDK dan RATU.
Simalakama Stimulus untuk Industri Padat Karya
Pelaku usaha khawatir stimulus terbaru dari pemerintah untuk industri padat karya tidak dapat menggenjot pertumbuhan di tengah tantangan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) pada tahun depan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesa (Asmindo) Dedy Rochimat mengatakan stimulus berupa paket kebijakan insentif untuk industri padat karya seperti PPh 21 ditangung pemerintah (DTP) dan fasilitas pembiayaan kredit masih perlu disesuaikan dengan tantangan industri furnitur.
Pihaknya meminta agar pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut, pasalnya saat ini negara-negara Eropa sebagai salah satu kawasan tujuan ekspor mebel sedang mengalami penurunan daya beli.
Di samping itu, Dedy menyoroti permasalahan geopolitik yang juga belum kunjung selesai. Terlebih, pada saat yang sama negara kompetitor yaitu Vietnam, pemerintahnya justru menurunkan PPN dari 10% menjadi 8%.
Langkah Strategis Demi Kelancaran Arus Mudik di Pelabuhan Merak – Bakauheni
Pemerintah menyiapkan sejumlah antisipasi kepadatan arus mudik di Pelabuhan Merak – Bakauheni selama periode Natal dan Tahun Baru 2025.
Sejumlah langkah yang diambil di antaranya memberlakukan pola operasi pelayanan pelabuhan penghubung antara pulau Jawa dan Sumatra itu dengan membagi ke dalam tiga kondisi yaitu normal, padat dan sangat padat.
Dalam kondisi normal pada masa Angkutan Nataru 2024/2025 misalnya, sekitar 30 unit kapal dioperasikan, sedangkan saat kondisi padat bertambah menjadi 31 kapal dan sangat padat akan menjadi 33 Armada.
Kemudian, pemerintah yakni Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri menyiapkan langkah antisipasi pengalihan kendaraan Roda 2 dan kendaraan barang ke Pelabuhan PT. Pelindo Regional 2 Banten – Ciwandan bila kondisi sangat padat.
Hiruk Pikuk Wacana Pemangkasan Produksi Nikel RI
Wacana pemangkasan besar-besaran kuota produksi nikel Indonesia dalam upaya mendongkrak harga bahan baku baterai itu di pasaran terdengar makin nyaring. Tak hanya akan berdampak pada pelaku tambang, tetapi juga disebut-sebut bakal mempengaruhi pasokan bahan baku smelter.
Kendati demikian, rencana tersebut ditujukan untuk mencari keseimbangan baru antara kebutuhan, ketahanan pasokan, harga, dan keberlangsungan pelaku industri pertambangan di dalam negeri.
Sejauh ini, langkah pembatasan produksi nikel secara signifikan disebut-sebut kemungkinan akan ditentang oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Investasi karena akan berdampak pada pendapatan pajak dan juga berisiko berdampak buruk pada investasi di sektor nikel.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menilai rencana pengurangan kuota produksi bijih nikel dari 272 juta ton menjadi 150 juta ton pada tahun depan dapat dimaksudkan untuk mengendalikan pasokan dan harga bijih nikel.
Namun, pembatasan produksi itu berpotensi menimbulkan defisit sekitar 263 juta ton per tahun. Terlebih, jika melihat data yang ada kebutuhan bijih nikel untuk smelter yang sudah beroperasi, yang sedang dibangun, dan yang dalam tahap perencanaan jauh lebih tinggi, yakni 413 juta ton.