Bisnis.com, JAKARTA — PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menargetkan transaksi divestasi 2 aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 200 megawatt (MW) rampung kuartal I/2025.
TOBA sebelumnya mendapat persetujuan pemegang saham untuk melepas PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) lewat rapat umum pemegang saham independen dan luar biasa (RUPSLB), Kamis (14/11/2024).
“Kita masih menunggu persetujuan dari PLN, kemungkinan tahun depan kuartal I/2025,” kata Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Adapun, pembeli dari dua aset PLTU yang dikelola MCL & GLP adalah PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA), yang berafiliasi dengan Hilmi Panigoro dan Benny Setiawan.
“Kita akan menerima US$144,8 juta untuk dua PLTU tadi,” kata Juli.
TOBA akan menerima hasil penjualan dalam bentuk kas yang lebih tinggi dibandingkan total modal yang ditanamkan untuk pembangunan kedua PLTU tersebut yakni US$87,4 juta.
Baca Juga
Alhasil, aksi divestasi akan memperoleh keuntungan kas disamping dari dividen yang telah diterima selama PLTU beroperasi.
Meskipun, dari sisi pencatatan akuntansi keuangan, transaksi tersebut tetap akan dinilai sebagai pencatatan kerugian non kas sebesar kurang lebih US$77 juta.
Juli mengatakan hasil divestasi itu bakal dialihkan untuk investasi proyek energi baru terbarukan (EBT) yang belakangan tengah dikembangkan perseroan.
Selain itu, Juli mengatakan, perseroan bakal ikut menyalurkan dana segar itu untuk proyek manajemen sampah dan kendaraan listrik.
“Kalau kemana saja proyeknya saat ini, kalau untuk lebih detail lagi belum bisa diungkap,” kata dia.
Bersama dengan divestasi saham secara tidak langsung di PT Paiton Energy yang telah dilakukan pada 2021, transaksi divestasi di dua PLTU pun akan memberikan keuntungan lebih dari US$100 juta.
Di sisi lain, aksi divestasi dinilai akan membantu TOBA untuk menciptakan nilai tambah melalui pengurangan utang konsolidasi sebesar lebih dari 70%.
Nilai tambah ini akan meningkatkan fleksibilitas TOBA untuk melakukan investasi yang lebih besar di sektor usaha keberlanjutan, seperti energi baru terbarukan, ekosistem kendaraan listrik serta manajemen limbah.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.