Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri turunan sektor otomotif yang diboyong BYD berpeluang besar menempati kawasan industri Subang Smartpolitan milik PT Surya Semesta InternusaTbk. (SSIA).
Vice President of Investor Relations Surya Semesta Internusa Erlin Budiman menuturkan bahwa pihaknya akan bertemu dengan sejumlah mitra potensial pada pekan depan, salah satunya dengan pelaku industri turunan BYD.
“Kami akan bertemu beberapa mitra potensial, jadi untuk turunan supply chain yang BYD. Kami tidak tahu berapa, tetapi ini saya pikir akan menjadi berita baik,” pungkasnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Erlin menuturkan pelaku industri turunan sektor otomotif dari BYD memiliki kebutuhan lahan yang lebih luas dibandingkan pabrik kendaraan. Industri turunan Toyota, misalnya, membutuhkan lahan 4 – 5 kali lebih luas dari fasilitas produksi mobilnya.
“Kami tidak tahu berapa banyak kebutuhannya, tetapi buat kami positif karena ada tambahan [penjualan lahan] lagi di luar BYD yang sudah,” kata Erlin.
BYD sendiri akan menempati 108 hektare lahan di Subang Smartpolitan untuk membangun pabrik kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Serah terima lahan ini rencananya akan berlangsung pada Desember 2024.
Baca Juga
Kendati demikian, Erlin belum dapat memerinci kepastian tanggal dari transaksi tersebut. Dia juga belum dapat mengungkapkan nilai transaksi yang akan diterima perseroan dari penjualan lahan industri ke BYD.
SSIA diketahui menargetkan pendapatan sebesar Rp6 triliun sepanjang tahun ini. Adapun, hingga akhir September 2024, perseroan telah meraih Rp3,86 triliun. Jumlah tersebut meningkat 27,9% secara tahunan (year on year/YoY).
“Peningkatan ini terutama didorong oleh pendapatan konstruksi yang meningkat 26,7%, sementara pendapatan dari segmen dan perhotelan meningkat masing-masing 63,4% dan 23,3%,” ucap Erlin.
Secara terperinci, lini bisnis konstruksi SSIA yang berasal dari PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) melaporkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp2,53 triliun per kuartal III/2024. Jumlah itu bertumbuh 26,6% secara tahunan.
Erlin juga menyampaikan bahwa NRCA membukukan kontrak baru sebesar Rp3,11 triliun selama 9 bulan pertama tahun ini, tumbuh 35,8% jika dikomparasikan dengan kontrak baru yang diraih pada periode sama tahun lalu yaitu Rp2,29 triliun.
Adapun unit SSIA yang mencakup pendapatan dari kawasan industri, biaya pemeliharaan, sewa komersial, dan residensial, memperoleh Rp676 miliar atau meningkat 63,4% dari posisi Rp413,8 miliar pada 9 bulan pertama tahun lalu.
Selain itu, unit bisnis perhotelan perseroan menghasilkan pendapatan sebesar Rp821,4 miliar sepanjang Januari – September 2024. Capaian ini meningkat 23,3% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yakni Rp666,4 miliar.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, SSIA membukukan laba kotor senilai Rp1,17 triliun atau meningkat 52,2% secara tahunan. Kenaikan tersebut didorong oleh laba kotor properti sebesar 138,6% dan perhotelan mencapai 27,1%.
Setelah dikumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, SSIA menorehkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp228,4 miliar per kuartal III/2024. Berbalik dari kondisi rugi bersih pada tahun lalu yang mencapai Rp23,7 miliar.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.