Bisnis.com, JAKARTA - Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 8.000 pada 2025 yang didasari pada stabilitas inflasi dan daya beli yang terjaga.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menyatakan bahwa inflasi Indonesia akan terus menunjukkan penurunan didukung oleh stabilitas harga bahan makanan pada tahun depan.
Dengan inflasi yang terjaga, Rully memandang kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 tidak akan berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat. Pasalnya, bahan pokok dikecualikan dari kenaikan tarif tersebut.
"Kami optimistis bahwa belanja masyarakat akan tetap terjaga dan tumbuh stabil pada tahun mendatang," tutur Rully dalam acara Investor Network Summit 2024 di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Menurutnya, selain inflasi yang terjaga, ketahanan daya beli masyarakat juga ditopang oleh momentum musiman seperti Lebaran Idulfitri yang diyakini mampu meredam dampak kenaikan tarif PPN 12% pada tahun depan.
Rully melihat dampak kenaikan PPN hanya membebani konsumsi masyarakat pada kuartal I/2025. Namun, memasuki paruh kedua tahun depan, kondisi itu diyakini bakal membaik.
Baca Juga
"Ketika PPN menjadi 12%, selama inflasi masih terjaga, dampaknya terhadap konsumsi tidak akan terlalu signifikan. Apalagi, konsumsi rumah tangga pada Maret dan Juni yang biasanya dipengaruhi oleh seasonal effect, itu mungkin bisa menutupi dampak," ucapnya.
Dengan faktor tersebut, dia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,8% pada 2025. Pada saat bersamaan, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diproyeksikan berada di level 5,5%.
Seiring katalis makroekonomi yang diyakini tetap prospektif, Mirae Asset memprediksi IHSG akan mencapai level 8.000 pada tahun depan setelah sepanjang 2024 sempat menembus level 7.905.
Dalam perkembangan sebelumnya, Praktisi Pasar Modal Hans Kwee memperkirakan ketidakpastian ekonomi global membuat IHSG sulit menembus level 8.000 hingga 2025. Hal ini dipengaruhi volatilitas pasar usai Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Gejolak yang ditimbulkan Trump berisiko datang dari ketidakpastian kebijakan terkait tarif perdagangan dan imigrasi. Pasalnya, Trump berencana mengerek bea masuk sebesar 10% atas produk China, serta 25% terhadap produk Kanada dan Meksiko.
“Mungkin kita belum bisa mengharapkan level 8.000 pada tahun depan, tetapi rasanya 7.700 itu IHSG kita bisa bergerak ke atas,” pungkasnya.
___________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.