Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra International Tbk. (ASII) diproyeksikan masih mencatatkan kinerja laba yang lesu sepanjang tahun ini. Kondisi tersebut didorong salah satunya oleh tren tingginya suku bunga acuan yang mendorong lemahnya bisnis otomotif domestik.
Berdasarkan laporan keuangan, ASII masih mencatatkan laba bersih yang naik, meskipun tipis 0,63% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp25,85 triliun per kuartal III/2024. Pertumbuhan laba ASII itu sejalan dengan kinerja pendapatan bersih yang naik 2,24% YoY menjadi sebesar Rp246,32 triliun per kuartal III/2024.
Analis Maybank Sekuritas, Paulina Margareta mengatakan kinerja laba Astra pada keseluruhan tahun ini akan tertekan. Sisa tahun ini atau pada kuartal IV/2024, kinerja penjualan bisnis otomotif yang menopang laba ASII juga diproyeksikan masih lesu.
"Kami memperkirakan laba tahun fiskal 2024 turun 6% yoy," tulis Paulina dalam risetnya pada beberapa waktu lalu (28/11/2024).
Adapun, terdapat sejumlah faktor yang pendorong proyeksi lesu Astra pada tahun ini. Selain karena bisnis otomotif yang lesu, bisnis alat berat serta jasa keuangan pun melemah.
"Namun, ASII memiliki neraca yang kuat, yang dapat membantu mempertahankan rasio pembayaran dividen yang stabil sebesar 40%," ujar Paulina.
Baca Juga
Kemudian, menurut Maybank Sekuritas, Astra masih memiliki peluang penguatan kinerja, di antaranya arga batu bara dan CPO yang melambung tinggi akan berdampak positif terhadap permintaan penjualan alat berat, dan bisnis perkebunan. Lalu, penurunan suku bunga menyebabkan bunga pembiayaan otomotif jadi lebih rendah.
Akan tetapi, tantangannya adalah meningkatnya persaingan di sektor otomotif yang kelebihan pasokan, yang menyebabkan kompresi margin. Maybank Sekuritas sendiri merekomendasikan buy untuk ASII dengan target harga Rp5.650 per lembar.
Sebelumnya, Analis Industri Bloomberg Intelligence Lisa Lee dan Lea El-Hage juga memprediksi pendapatan lini bisnis otomotif Astra kemungkinan akan terkoreksi pada 2024.
Proyeksi itu sejalan dengan penjualan mobil dan motor yang lebih rendah di Indonesia tahun ini serta meningkatnya persaingan. Bloomberg Intelligence memprediksi penjualan mobil turun 13% secara tahunan pada 2024.
Sementara, konsensus analis memprediksi laba bersih dan pendapatan ASII mengalami penurunan pada tahun ini. Berdasarkan data Bloomberg, konsensus memperkirakan laba ASII terestimasi turun 9,55% yoy pada keseluruhan 2024 dengan pendapatan turun 1,58% yoy.