Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakpastian ekonomi global diproyeksikan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sulit menembus level 8.000 hingga 2025.
Praktisi Pasar Modal Hans Kwee memproyeksikan bahwa dalam jangka pendek, pasar akan bergerak volatil seiring dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Gejolak yang ditimbulkan Trump berisiko datang dari ketidakpastian kebijakan terkait tarif perdagangan dan imigrasi. Pasalnya, Trump berencana mengerek bea masuk sebesar 10% atas produk China, serta 25% terhadap produk Kanada dan Meksiko.
“Jika Trump menerapkan tarif tinggi terhadap negara lain dan mendapat balasan serupa, ini bisa memengaruhi ekonomi dunia secara signifikan,” ujar Hans saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Kondisi geopolitik turut menjadi faktor yang perlu diwaspadai pasar, khususnya konflik Rusia dan Ukraina. Meski demikian, Hans menilai konflik ini berpeluang mereda jika AS mengubah pendekatan diplomatiknya ke depan.
Di tengah sentimen tersebut, Hans memproyeksikan IHSG akan kesulitan menembus level psikologis 8.000 hingga tahun depan. Dalam skenario optimistis, indeks kemungkinan hanya berada di rentang 7.700 – 7.800 pada 2025.
Baca Juga
“Mungkin kita belum bisa mengharapkan level 8.000 pada tahun depan, tetapi rasanya 7.700 itu IHSG kita bisa bergerak ke atas,” pungkasnya.
Indeks komposit bukannya tanpa peluang. Menurut Hans, IHSG masih berpotensi mengalami penguatan apabila kondisi global nantinya cenderung mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Dalam kesempatan terpisah, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati memproyeksikan IHSG bakal parkir di level 7.300 – 7.400 hingga akhir 2024. Adapun indeks juga diramal menyentuh 7.800 pada tahun depan.
“Jadi, diperkirakan IHSG berada di rentang 7.300 sampai dengan 7.400 selama periode Desember 2024 hingga Januari 2025 mendatang,” ujar Ike.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) David Sutyanto memproyeksikan ekonomi pada 2025 akan stagnan yang ditandai adanya berbagai gejolak. Seperti tekanan inflasi dan fiskal di AS, krisis properti di China, serta melemahnya permintaan domestik di kawasan Eropa.
Pada perdagangan kemarin, Kamis (28/11/2024), IHSG ditutup melemah 0,63% menuju level 7.200,15. Banderol ini mencerminkan penurunan sebesar 5,23% selama 3 bulan terakhir dan melemah 1% sepanjang tahun berjalan.
______
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.