Bisnis.com, JAKARTA - Indeks LQ45 yang berisi 45 saham terlikuid di Bursa Efek Indonesia mencatatkan kinerja jeblok di sepanjang tahun berjalan. Namun, terdapat peluang penguatan indeks LQ45 tersengat sentimen window dressing akhir tahun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 mengalami pelemahan 0,71% pada perdagangan hari ini, Kamis (28/11/2024) ke level 873,47.
Sebanyak 24 saham konstituen indeks LQ45 mengalami di zona merah atau melemah, 14 saham di zona hijau atau menguat, sisanya 7 saham stagnan.
Lesunya indeks LQ45 pada hari ini seiring dengan ambrolnya saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) atau yang sebelumnya Adaro Energy. Harga saham ADRO anjlok 24,8% ke level Rp2.760 per lembar pada perdagangan hari ini.
Kinerja indeks LQ45 kian jeblok setelah sentimen kemenangan Donald Trump dalam kontestasi Pilpres AS menyengat pasar modal Indonesia pada bulan ini. Tercatat, indeks LQ45 turun 6,57% dalam sebulan perdagangan terakhir.
Adapun, sepanjang 2024 berjalan, indeks LQ45 pun masih di zona merah. Indeks LQ45 turun 10% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Baca Juga
Perdagangan di pasar modal tahun ini menyisakan waktu kurang lebih sebulan lagi. Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengatakan indeks LQ45 memang diproyeksikan tetap di zona merah secara ytd. Namun, terdapat peluang penguatan pada Desember 2024.
"Indeks LQ45 mayoritas berisikan saham-saham bluechip maka sentimen akhir tahun yakni window dressing dapat menjadi pendongkrak," ujar Angga kepada Bisnis pada Kamis (28/11/2024).
Menurutnya, dalam 10 tahun terakhir hanya sekali indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi di bulan Desember, yakni pada Desember 2022. Sisanya 9 tahun mengalami penguatan di Desember karena window dressing.
Adapun, saham-saham yang diproyeksikan terdongkrak di antaranya saham bank-bank jumbo yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), serta PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI). Selain itu, terdapat saham PT Telkom Indonesia Persero (TLKM), dan PT Astra International Tbk. (ASII).
Sebelumnya, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan penguatan indeks LQ45 di sisa akhir tahun tetap memiliki peluang mengingat penurunan saham-saham bluechip sangat signifikan.
"Minimal teknikal rebound jangka pendek dapat membantu kinerja LQ45 nantinya," ujarnya kepada Bisnis. Saham yang kemungkinan rebound itu seperti BBRI dan TLKM.
Selain itu, prospek indeks dan peluang window dressing pada indeks LQ45 di akhir tetap ada sampai kuartal pertama tahun depan.
"Kemudian, peluang kondisi ekonomi domestik yang tetap kuat di tengah kekhawatiran ketidakpastian ekonomi global akibat tensi geopolitik menjadi tantangan buat pasar saham," katanya.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan peluang penguatan indeks LQ45 pada Desember 2024 tetap ada didorong oleh potensi penurunan suku bunga acuan. Kemudian, peluang lainnya hadir dari katalis positif permintaan domestik yang kuat pada akhir tahun.
"The Fed berpeluang menurunkan suku bunga acuan, bukan menunda ke Januari tahun depan," ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.