Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Kementerian BUMN mendorong proses merger atau penggabungan perusahaan negara di sektor konstruksi akan menjadi kunci dalam proses penyelamatan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Pemerintah melalui Kementerian BUMN berencana untuk melebur 7 perusahaan konstruksi pelat merah menjadi 3 entitas induk. Salah satunya adalah Waskita yang akan diintegrasikan sebagai entitas anak PT Hutama Karya (Persero).
Proses integrasi akan ditempuh dengan mengalihkan saham pemerintah di Waskita kepada Hutama Karya. Berdasarkan komposisi pemegang saham, pemerintah menggenggam 75,35% saham WSKT dan publik memiliki 24,65%.
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho mengatakan proses integrasi menjadi salah satu upaya dalam mempercepat penyehatan keuangan perusahaan, yang masih membukukan kerugian hingga kuartal III/2024.
“Tentunya ini dalam behind the story memang ranah penyelamatan ataupun penyehatan Waskita Karya, karena bagaimanapun juga restrukturisasi ini tidak berhenti hanya sebatas restrukturisasi dari sisi keuangan,” ujar Hanugroho atau akrab disapa Oho dalam paparan publik di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Dia meyakini bahwa kehadiran Hutama Karya akan memberikan bahan bakar baru bagi Waskita untuk merampungkan proses penyehatan secara lebih cepat. Salah satunya terkait peningkatan kapabilitas perseroan dalam meraih proyek baru.
Baca Juga
Selain itu, integrasi juga berpotensi meningkatkan peluang optimalisasi aset yang tidak dimanfaatkan Waskita dan mendorong efisiensi biaya operasional sekaligus belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan.
“Efisiensi biaya itu harus kami lakukan secara berkelanjutan dan kami juga untuk capex harus selektif. Jadi, tidak semuanya masuk kepada bisnis-bisnis di luar dari inti bisnis perusahaan kami,” tutur Oho.
Integrasi juga dinilai memperkuat kapasitas keuangan dalam rangka penyelesaian penyelesaian utang restrukturisasi dan modal kerja, kesempatan meningkatkan kompetensi bisnis jasa konstruksi, kemudahan dalam proses perolehan persetujuan pemegang saham, serta potensi talent mobility untuk pengembangan karir.
Di tengah proses transformasi perusahaan yang sedang berjalan, Waskita mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp6,8 triliun per Oktober 2024. Perolehan tersebut menurun dibandingkan dengan capaian tahun lalu yang meraih Rp13,1 triliun.
Dari sisi kinerja keuangan, Waskita mencatatkan rugi bersih sebesar Rp3 triliun hingga kuartal III/2024. Nilai itu naik dari posisi tahun lalu sebesar Rp2,83 triliun. Rugi per saham juga meningkat dari sebelumnya Rp98,39 menjadi Rp104,22.
Salah satu penyebab tergerusnya laba Waskita datang dari beban keuangan yang mencapai Rp3,45 triliun sepanjang Januari – September 2024. Beban ini meningkat 9,13% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp3,16 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.