Bisnis.com, JAKARTA — Holding tambang pelat merah PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID tengah mematangkan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) untuk PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menuturkan MIND ID tengah membuat histori ekuitas dan meningkatkan nilai pasar dari Inalum sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia.
“Kita lagi buat equity story-nya supaya kalau nanti kita masuk ke pasar itu juga pasar bisa menilai lebih baik,” kata Dilo saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Dilo mencontohkan price-to-book value (PBV) dari PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) saat ini berada di atas 1 kali. Pihaknya berharap pasar nanti dapat menghargai saham Inalum lebih dari harga bukunya.
“Jadi kita buat bagaimana caranya punya nilai tambah, kan perlu dipersepsikan ke pasar juga kira-kira berapa nilai Inalum ini,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum Ihamsyah Mahendra menuturkan perseroannya tengah menyelesaikan sejumlah kajian internal ihwal rencana IPO.
Ihamsyah menuturkan waktu pelaksanaan IPO masih mempertimbangkan kesiapan pasar. Apalagi, kapitalisasi pasar dari Inalum relatif besar untuk ditawarkan ke publik saat ini.
“Inalum juga tengah aktif mencari mitra strategis dalam pengembangan tersebut dan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan ke depan,” kata Ilhamsyah kepada Bisnis, dikutip Rabu (23/10/2024).
Apalagi, kata Ilhamsyah, sejumlah proyek strategis seperti yang terakhir Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I, proyek patungan bersama dengan Antam resmi commisioning akhir September 2024 lalu.
“Sebagai gambaran nilai aset bersih perusahaan per 31 Desember 2023 US$2,5 miliar [sekitar Rp38,86 triliun asumsi kurs Rp15.545 per dolar AS] sehingga memiliki ruang yang cukup besar dalam melakukan unlock value untuk kebutuhan pendanaan ke depan,” katanya.
Mengutip laporan keuangan Inalum yang berakhir pada Desember 2023, perusahaan mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$404,78 juta atau sekitar Rp6,29 triliun.
Laba bersih itu ditopang torehan pendapatan sebesar US$544,84 juta yang sebagian besar berasal dari penjualan ingot dengan nilai mencapai US$402,53 juta.
Adapun, mayoritas penjualan Inalum dilakukan pada pembeli pihak ketiga domestik. Sebagian kecil porsi penjualan dilakukan untuk pihak ketiga dan berelasi di luar negeri. Setelah dikurangi beban pokok pendapatan sekitar US461,6 juta, Inalum membukukan laba kotor sekitar US$83,23 juta sepanjang tahun lalu.