Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,55% ke level 7.140,91 pada perdagangan Kamis (21/11/2024). Saham big banks seperti BBRI, BBCA, dan BMRI terjun ke zona merah, bersama dengan saham batu bara seperti ADRO dan BUMI.
Berdasarkan data RTI Infokom pada Kamis (21/11/2024), IHSG melemah 0,55% menjadi 7.140,91 pada akhir perdagangan. Sebanyak 231 saham menguat, 316 saham melemah, dan 244 saham stagnan hari ini.
Di sepanjang hari perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 7.140-7.209. Kapitalisasi pasar tercatat turun menjadi Rp12.013 triliun.
Saham bank big caps seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 1,85% ke level Rp4.250 per saham hari ini. Begitu pula dengan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang turun 2,23% ke level Rp9.850 per saham, dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang melemah 1,20% ke level Rp6.150 per saham hari ini.
Demikian pula dengan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang turun 0,27% ke level Rp3.680 per saham, saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang melemah 2,72% ke level Rp143 per saham, dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang turun 2,68% ke level Rp4.720 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Baca Juga
Saham-saham lainnya yang juga melemah pada penutupan perdagangan hari ini adalah saham ASII turun 2,20% ke level Rp4.890, saham AMRT turun 0,69% ke level Rp2.890, dan saham DEWA melemah 2,46% ke level Rp119 per saham.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan pasar fokus menilai prospek suku bunga Federal Reserve dan mencermati pernyataan Fed. Sebagian besar pelaku pasar masih mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Desember.
Sebelumnya, Presiden Fed Boston Susan Collins mengungkapkan pemotongan suku bunga tambahan diperlukan, tetapi menambahkan bahwa pembuat kebijakan tidak boleh bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahan suku bunga BI Rate di 6%. BI mengungkapkan bahwa keputusan ini sebagai upaya untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat (AS).
Keputusan ini juga menurut BI konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% lebih kurang 1% pada 2024 dan 2025.
Pasar menilai kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI merupakan sebuah mitigasi dari volatilitas nilai tukar rupiah, sehingga ini diharapkan menahan terjadinya aliran modal asing capital outflow dari pasar keuangan dalam negeri.