Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Peluang Window Dressing saat IHSG Tersengat Kemenangan Trump

IHSG mencatatkan kinerja lesu pasca kemenangan Donald Trump dalam kontestasi Pilpres AS.
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja lesu pasca kemenangan Donald Trump dalam kontestasi Pilpres AS. Meski begitu, masih terdapat harapan penguatan IHSG akhir tahun ini dari adanya window dressing.

Berdasarkan data RTI Business, IHSG melanjutkan tren pelemahan 0,38% pada perdagangan kemarin, Senin (18/11/2024) ke level 7.134,27. IHSG pun melemah 1,9% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Seiring dengan pelemahan IHSG, dana asing pun lari dari pasar saham Indonesia. Tercatat, nilai jual atau net sell asing di pasar saham sebesar Rp982,59 miliar. Tren jual asing telah terjadi sejak kemenangan Trump.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan IHSG memang terus melemah sejak kemenangan Trump. Namun, terdapat peluang penguatan IHSG akhir tahun ini dari adanya window dressing.

"Kalau hemat saya, peluang terjadinya window dressing tetap ada, mungkin bisa jadi menjelang akhir bulan ini," ujar Nafan, Selasa (19/11/2024).

Sekadar informasi, window dressing merupakan istilah dari strategi manajer investasi dalam meningkatkan penampilan kinerja saham atau reksa dananya sebelum disajikan kepada investor atau pemegang saham.

Biasanya, manajer investasi menjual saham dengan kerugian besar dan membeli saham dengan harga tinggi pada akhir tahun.

Selain itu, peluang penguatan IHSG akhir tahun ini berasal dari momentum penurunan suku bunga acuan The Fed. "Kami juga optimistis masih ada penurunan suku bunga The Fed 25 basis poin pada Desember 2024, walaupun peluangnya berkurang," ujar Nafan.

Kemudian, menurutnya Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada bulan ini. Sebab, rupiah sedang dalam tren terdepresiasi karena faktor penguatan indeks dolar AS yang tersengat kemenangan Trump.

"The Fed pun mulai hawkish bias. Sehingga peluang menurunkan suku bunga acuan menyusut. Tapi kami optimistis BI bulan depan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin," tutur Nafan. 

Faktor lainnya adalah gelaran Pilkada pada akhir bulan ini yang dinilai akan memberikan katalis positif ke pasar saham. "Pilkada akan mendorong peningkatan goverment spending dan consumer spending," jelasnya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan dengan sudah turunnya IHSG, sebenarnya bisa menjadi momentum untuk dilakukannya window dressing, mengingat saham-saham big caps sudah undervalue seperti empat bank besar.

Namun, sampai sejauh ini belum terdapat tanda akan adanya momentum window dressing. "Kami masih belum lihat ada tanda sudah dimulainya window dressing, saat ini asing pun masih terus melakukan net sell pada saham-saham big caps," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper