Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia melanjutkan tren koreksinya setelah menyentuh level terendahnya pada bulan ini seiring dengan lonjakan dolar AS membebani komoditas dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan permintaan mengaburkan prospek harga.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (14/11/2024), harga minyak mentah jenis Brent turun 0,1% dan diperdagangkan pada level US$72,21 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melemah 0,18% dan berada di level US$68,31 per barel.
Kurs mata uang AS telah menguat ke level tertinggi dalam dua tahun setelah kemenangan pemilu Donald Trump. Hal ini membuat harga bahan baku dalam dolar AS lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.
Profil melemahnya China di pasar minyak global menjadi sorotan pada pertengahan minggu ini. Badan Informasi Energi AS mengatakan India kini menjadi sumber utama pertumbuhan permintaan di Asia karena konsumsi China melemah akibat perlambatan ekonomi dan meningkatnya penetrasi kendaraan listrik.
Adapun, analisis pasar lebih lanjut akan disampaikan pada Kamis malam dari Badan Energi Internasional.
Harga minyak mentah mengalami kenaikan dan penurunan mingguan sejak pertengahan Oktober, karena para pedagang mempertimbangkan pergerakan pasokan OPEC+, kebijakan moneter AS, dan risiko terhadap pertumbuhan permintaan minyak, terutama di China.
Baca Juga
Ada kekhawatiran luas bahwa pasar global akan mengalami kelebihan pasokan pada tahun depan, dengan Morgan Stanley memangkas perkiraan harga pada minggu ini karena prospek yang melemah.
“Bahkan ketika taruhan penurunan suku bunga The Fed meningkat, ketahanan ekonomi AS membuat dolar tetap kuat dan membebani harga minyak,” kata Charu Chanana, kepala strategi investasi di Saxo Capital Markets Pte di Singapura.
Dia melanjutkan, kekhawatiran terhadap permintaan tetap ada setelah OPEC merevisi perkiraan pertumbuhannya lebih rendah, dan ketika para pedagang mencerna dampak dari kepresidenan Trump terhadap prospek China.
Di AS, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah AS turun 800.000 barel pada pekan lalu, dengan persediaan di pusat Cushing, Oklahoma, menyusut lebih besar sebesar 1,9 juta barel, menurut dokumen yang dilihat oleh Bloomberg.
Timur Tengah juga menjadi fokus. Israel bergegas mempersiapkan kesepakatan gencatan senjata di Lebanon ketika pemerintah menyesuaikan diri dengan prospek kembalinya Trump ke Gedung Putih, menurut laporan Washington Post.