Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI Kasih Tips Anti 'Nyangkut' Jika Startup Gelar IPO Lagi

BEI memperkirakan prospek perusahaan rintisan alias startup teknologi akan kembali semarak seiring penurunan tingkat suku bunga acuan bank sentral.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menyampaikan pihaknya mengincar 3 perusahaan beraset di atas Rp3 triliun untuk dapat melakukan IPO sepanjang 2024 – Bisnis/Dionisio Damara.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menyampaikan pihaknya mengincar 3 perusahaan beraset di atas Rp3 triliun untuk dapat melakukan IPO sepanjang 2024 – Bisnis/Dionisio Damara.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia memberikan tips kepada investor jika kelak ada perusahaan rintisan alias startup teknologi yang kembali berencana menggelar initial public offering (IPO). 

Berdasarkan data otoritas Bursa, sejauh ini belum ada calon emiten dari sektor teknologi yang masuk daftar antrean atau pipeline penawaran umum saham perdana sampai dengan awal November 2024.

Meski demikian, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memperkirakan perusahaan rintisan atau startup akan kembali berkembang sejalan dengan penurunan tingkat suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI). 

“Pergerakan tingkat suku bunga relatif sudah disesuaikan kembali. Harusnya, startup akan muncul dan berkembang lagi. Masalah entrepreneur kapan mau masuk [IPO], mereka yang lebih tahu kapan masuknya,” ujarnya di Jakarta, Senin (12/11/2024).

Nyoman lantas memberikan pesan kepada investor untuk memerhatikan kinerja fundamental jika nantinya ada perusahaan rintisan yang melantai di BEI. Langkah ini guna mengantisipasi kerugian investasi di saham-saham teknologi.

“Saya ingin menekankan adalah investor lebih rasional melihatnya, jangan dipengaruhi oleh euforia,” pungkasnya. 

Berkaca dari IPO perusahaan teknologi sebelumnya, dia menekankan bahwa investor juga perlu mencermati peluang pertumbuhan yang tecermin dari fundamental calon emiten dan menganalisa hal itu secara lebih rasional. 

“Ujung-ujungnya adalah balik lagi ke fundamental dari perusahaan. Jadi, mesti lihat dari situ dan potensi pertumbuhan ke depan itu dilakukan secara rasional. Itu saja pesan saya, dalam hal startup company untuk masuk ke IDX lagi,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah emiten teknologi mengalami penurunan harga saham setelah mengantongi dana jumbo dari hasil penawaran umum perdana. 

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), misalnya, yang mengantongi dana segar Rp13,5 triliun dari IPO. Emiten yang melantai pada 11 April 2022 ini diketahui menawarkan 40,62 juta saham dengan harga Rp338 per saham.  

Adapun banderol GOTO kini berada di level Rp68 per saham atau mencerminkan penurunan sebesar 20,93% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD). 

Begitu pula dengan saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang saat ini bertengger di posisi Rp118 per saham, ambles 45,37% YtD. Emiten yang melantai pada Agustus 2021 menetapkan harga IPO sebesar Rp850 dan meraup dana senilai Rp21,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper