Bisnis.com, JAKARTA — Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memenangkan kontestasi Pilpres AS, mengalahkan pesaingnya Kamala Harris. Kemenangan Trump membawa kekhawatiran larinya dana asing dari pasar saham RI.
Dilansir dari Reuters, Trump tercatat telah meraih 294 suara elektoral (electoral college) mengungguli pesaingnya Kamala Harris. Untuk terpilih sebagai presiden, para kandidat harus meraih lebih dari 270 suara elektoral.
Perhitungan suara masih berlangsung di sejumlah negara bagian, seperti Nevada, Arizona, dan Maine. Namun, perolehan suara elektoral di atas 270 memastikan Trump untuk kembali menduduki Gedung Putih.
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan kemenangan Trump akan memberikan dampak bagi pasar saham di emerging market khususnya, tidak terkecuali Indonesia. Saat ini pun, pasar saham Indonesia mengalami tekanan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (7/11/2024) di zona merah terimbas sentimen kemenangan Trump di Pilpres AS. IHSG turun 1,90% atau 140 basis poin ke level 7.459,59 setelah melewati sesi dengan gerak fluktuatif di kisaran 7.243 sampai 7.386,38.
Kemenangan Trump pun menurutnya membawa dampak larinya dana asing dari pasar saham Indonesia. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp1,15 triliun pada perdagangan hari ini.
Baca Juga
"Mengapa terjadi capital outflow? Karena kebijakan Trump yang dianggap sebagai pro pertumbuhan, pro deregulasi, dan pro pasar," ujar Nico, Kamis (7/11/2024).
Kebijakan Trump menurutnya diyakini oleh pelaku pasar dan investor akan membuat perusahaan di AS bertumbuh dan berkembang. "Hal ini tentu saja membuat pelaku pasar dan investor keluar dari pasar negara berkembang dan kembali kepada pasar AS," ujar Nico.
Ke depan, dana asing masih berpotensi keluar. Menurutnya kebijakan Trump akan dinantikan karena tentu saja akan menimbulkan kontroversi termasuk di dalamnya perang dagang, proteksionisme perdagangan yang akan membuat prospek pemulihan global terganggu.
Selain itu, kebijakan Trump berpotensi untuk menaikkan kembali inflasi yang berpotensi mengurangi pemangkasan tingkat suku bunga The Fed ke depannya.
Meskipun, dana asing berpotensi kembali ke pasar saham Indonesia didorong sejumlah sentimen, seperti stabilitas ekonomi dalam negeri serta program-program dari pemerintahan baru yakni swasembada pangan dan energi. Ditambah, pemerintahan baru menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh 8%.
"Hal ini [pertumbuhan ekonomi tumbuh 8%] tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintahan baru, tetapi sekaligus memberikan ruang bagi beberapa sektor untuk tumbuh," ujar Nico.
Adapun, menurutnya sejauh ini capital outflow memberikan tekanan hampir di semua sektor. Ke depan, kebijakan pemerintahan baru kemungkinan berpotensi mengarahkan arus dana masuk ke pasar energi, pangan, keuangan, properti, consumer non-cyclical, consumer cyclical, serta healthcare.